Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kilang Buat Monumen Kesia-siaan?

Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 17-02-2020
Kilang buat Monumen Kesia-siaan?
H. Bambang Eka Wijaya

AWAL Desember 2019 Presiden Joko Widodo kesal, selama 30 tahun ini Indonesia tak ada membangun kilang minyak. Ini penyebab defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Kala itu, Ahok yang baru diangkat sebagai Komisaris Utama Pertamina ditugasi untuk membangun kilang. (CNBC-I, 11/12/2019)
Entah bagaimana perjalanan rencana pembangunan kilang minyak tersebut, Rabu  (12/2/2020) Kompas.com memberitakan kekhawatiran Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin terkait rencana PT Pertamina (Persero) membangun kilang minyak sangat besar sekitar Rp800 triliun dalam waktu 7 tahun.
Budi khawatir pembangunan kilang ini akan sia-sia nantinya, sebab sembari pembangunan kilang dilakukan, transformasi penggunaan bahan bakar kendaraan terus bergerak. Akan terjadi peralihan dari kendaraan yang berbahan bakar minyak ke listrik.
"Saya tanya apa kamu (Pertamina) yakin selama depresiasi dari Rp700 - 800 triliun ini belum selesai dilakukan, tidak ada perubahan sistem energi dari pakai bensin jadi pakai listrik?" tukas Budi.
Menurut mantan direktur utama PT Inalum itu, perkembangan zaman terus terjadi dan mendorong adanya transformasi pola kebiasaan masyarakat. "Di tahun 1700-1800 ada saatnya sistem energi dunia semula hanya dibakar untuk matang, dengan penemuan bisa membuat energi jadi jalan," ujar Budi.
Tren transformasi energi BBM ke listrik juga sudah ramai terjadi di dunia. Hal ini akibat pentingnya isu lingkungan sehingga menuntut adanya kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Oleh karena itu, tokoh yang juga pernah menjabat direktur utama Bank Mandiri ini meminta Pertamina untuk melakukan perhitungan kembali terkait rencana pembangunan kilang tersebut.
Pandangan Budi Gunadi Sadikin itu cukup jelas. Diharapkan Pertamina bisa memahaminya, dan mempertimbangkan kembali rencana membangun kilang raksasa berinvestasi Rp800 triliun itu.
Jika pandangan Budi dikesampingkan, kilang yang dibangun itu akan menjadi monumen kesia-siaan karena pada dekade kedua setelah peresmiannya, tinggal mobil-mobil tua yang memakai bahan bakar minyak. Selebihnya berpenggerak listrik.
Tentu dalam hal ini Pertamina tidak bisa menetapkan sendiri pilihannya. Apalagi dalam program membangun kilang ini Pertamina hanya menjalankan perintah Presiden.
Program tersebut prioritas, utamanya untuk mengatasi CAD. "Contohnya kilang minyak tadi, kenapa sudah 30 tahun lebih kita tidak membangun satu kilang pun," tegas Jokowi. ***


0 komentar: