Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Awas, Partikel Aerosol Virus Koroma!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 13-07-2020
Awas, Partikel Aerosol Virus Korona!
H. Bambang Eka Wijaya

SEBANYAK 239 ilmuwan dari seluruh dunia mendesak Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui panduan publik mencegah penularan Covid-19, karena adanya partikel aerosol virus korona melayang di udara sebagai salah satu transmisi Covid-19.
Partikel aerosol virus itu cipratan halus dari percikan pernapasan ketika batuk atau bersin. Kemungkinan transmisi partikel aerosol ini terbesar lewat pembawa virus yang perokok. Semakin jauh dari jangkauan asap rokoknya akan semakin kecil kemungkinan tertular.
Itu kesimpulan penelitian Harvard oleh Allen dan Linsey Marr dari Virginia Tech. Jadi asal jaga jarak, pakai masker dan hindari terpapar asap rokok, tetap aman.
Istilah partikel berasal dari ilmu alam (fisika), khususnya teori mekanika kuantum. Teori ini berkembang awal Abad 20,  salah satu pengembangnya, Max Planck, mendapat penghargaan Nobel tahun 1918.
Mekanika kuantum fisika tentang  dunia mikro subatomik. Asumsi lama bahwa atom-atom dunia mikroskopik adalah versi skala kecil dari dunia sehari-hari, ditinggalkan. Paham deterministik Newton diganti alam yang diatur dengan hukum-hukum kemungkinan, bukan hukum sebab akibat yang memberi kepastian.
Fisika kuantum mengamati sifat dualitas dunia subatomik. Cahaya diamati sebagai gelombang elektronmagnetik atau partikel-partikel foton. Partikel dan gelombang (cahaya) merupakan dualitas seperti ruang dan waktu. Laju foton itu persfektif kecepatan cahaya.
Uraian di atas hanya untuk menggambarkan seperti apa partikel subatomik itu. Jika para ilmuwan sedunia tadi menyebut virus korona bisa menyebar lewat partikel aerosol, masyarakat lebih memahami pentingnya menaati protokol kesehatan.
Selain itu, lewat mekanika kuantum bisa dipahami kenapa partikel virus korona begitu cepat merebak di seantero bumi.
Untuk menyingkap misteri dunia subatomik, Einstein, Podolsky, dan Rosen 1935 melakukan percoobaan untuk membuktikan ketakpastian kuantum tidak bersifat inheren, tapi akibat tak memadainya alat yang digunakan.
Percobaan ini ingin memperlihatkan bisa mengukur posisi dan kecepatan elektron secara serempak pada saat yang sama. Usaha ini gagal, tapi justru memperkuat aspek lain yang lebih menakjubkan dari dunia subatomik, yakni prinsip non-lokalitas.
Prinsip ini menyatakan partikel-partikel subatomik bisa saling mempengaruhi secara seketika dari jarak jauh tanpa ada penyebab lokal. Seolah-olah ada interaksi yang lebih cepat dari kecepatan cahaya antara partikel-partikel itu. *** 



0 komentar: