Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Laju PEN Tersandung Daya Beli Lemah!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 23-02-2021
Laju PEN Tersandung Daya Beli Lemah!
H. Bambang Eka Wijaya

BANK Indonesia (BI) melaporkan, daya beli masyarakat lemah jadi sandungan bagi usaha mendorong laju pemulihan ekonomi nasional (PEN). Kredit perbankan Januari 2021 masih terkontraksi -1,92%. Dana pihak ketiga (DPK) menumpuk di bank dengan pertumbuhan 10,57% yoy.
Untuk mendorong laju PEN, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, BI merilis serangkai kebijakan diawali dengan menurunkan suku bunga acuan 25 basis point menjadi 3,5%.
BI pun melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif melalui pelonggaran ketentuan kredit pembiayaan di sektor properti dan otomotif bebas uang muka (down payment/DP).
BI juga mempublikasikan asesmen transmisi dari suku bunga kebijakan ke suku bunga dasar kredit perbankan.
"Tujuan publikasi adalah memperluas diseminasi informasi kepada konsumen baik korporasi maupun individu guna meningkatkan tata kelola, disiplin pasar, dan kompetisi di pasar kredit perbankan," ujar Perry. (Kompaa.com, 18/2)
Kebijakan makroprudensial akomodatif BI juga mendorong dibongkarnya tumpukan DPK di bank untuk membenahi rumah baru dan perlengkapan mobil baru yang didapat tanpa DP.
Dengan itu ada tambahan uang mengalir ke pasar lewat konsumsi kelas menengah dan elite yang dala8m masa resesi justru menimbun uangnya di bank saat dananya diperlukan untuk memutar roda perekonomian.
Dari data BI juga terlihat lambatnya laju pemulihan ekonomi dari kontraksi kredit perbankan, dari kontraksi --2,41% pada Desember 2020, menjadi kontraksi --1,92%. Artinya laju pergerakan PEN hanya beringsut 0,49%.
Karena itu, BI mengoreksi proyeksi pertumbuhan kredit perbankan pada 2021 dari 7-9%, menjadi hanya 5-7%. Juga proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021, dari 4,8-5,8% menjadi 4,3-5,3%.
Untuk mendorong laju PEN ke tingkat lebih tinggi, setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan pemerintah. Pertama mendorong laju konsumsi rumah tangga, dan kedua memacu investasi.
Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sumbangannya pada PDB selalu di atas 55%, cenderung amat lambat dalam rentang 0,43%-1,27%. Padahal pada kuartal II 2020 konsumsi rumah tangga terkontraksi 5,32%, hingga dengan pemulihan yang lamban itu sepanjang 2020 terkontraksi -2,63%.
Sementara investasi, pada tahun 2020 terkontraksi -4,95%. Menurut data BPS kontraksi cukup dalam dibandingkan 2019 yang masih tumbuh 4,45%. (detik.com, 5/2)
Sebagai bandingan ideal, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pada kuartal III 2017 menyumbang PDB sebesar 31,87%. ***



0 komentar: