Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Survei Kepercayaan Media, RI Teratas!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 09-02-2021
Survei Kepercayaan Media, RI Teratas!
H. Bambang Eka Wijaya

SURVEI global kepercayaan publik terhadap media massa yang dilakukan Elderman 2021, dari 27 negara yang disurvei Indonesia meraih skor tertinggi 72, lebih tinggi dari Tiongkok 70, India 69, Singapura dan Malaysia 62,  Belanda dan Thailand 61.
Skor kepercayaan publik terhadap media massa yang diraih Indonesia itu luar biasa, sebab dilihat dari hasil survei tersebut secara global menunjukkan penurunan yang signifikan hingga melampaui ambang batas dipercaya, skor 60.
Yakni, media massa (mainstream) mencatat skor 53, dari 61 pada 2020 dan 65 pada 2019. Sementara kepercayan publik terhadap media sosial jauh lebih buruk lagi, pada skor 35 pada 2021, dari 40 pada 2020 dan 43 pada 2019.
Survei itu menemukan 59% responden menilai media massa bersikap bias, tidak lagi independen sebagaimana mestinya. Wartawan dinilai secara sengaja menyesatkan audiens dengan menyampaikan berita yang mereka tahu salah atau berlebihan.
Juga 59% responden menilai media massa lebih mendorong audiens untuk dukungan ideologi dan kepentingan politik, ketimbang kepentingan nyata masyarakat.
Bahkan 61% responden menilai media massa tidak objektif dan partisan.
Sementara itu Wakil Ketua Dewan Pers Hendry CH Bangun dalam Seminar Hari Pers Nasional menyampaikan hasil survei Dewan Pers mengukur pilihan sumber informasi yang digunakan masyarakat.
Hasilnya, sumber informasi responden adalah media online 26,6%, WA 22,75%, Instagram 13,70%, Facebook 12,65%, televisi 11,08%, Twitter 4,7%, surat kabar 3,43%, dan YouTube sebanyak 2,65%.
Sedangkan untuk mengecek kebenaran informasi, responden melalui media online 41,70%, televisi 27,06%, surat kabar 6,43%, WA 4,78%, YouTube 4,48%, Twitter 3,29%, mingguan 2,70%, Instagram 2,69%, dan Facebook 1,49%. (BeritaSatu, 4/2/2021)
Masih tetap tingginya kepercayaan publik kepada media mainstream di Indonesia, bahkan tertinggi di dunia, menjadi anomali dengan pilihan sumber informasi masyarakat yang lebih cenderung ke media sosial.
Jawabnya karena teknologi berubah dari sistem komunikasi broadcasting menjadi sistem broadband. Dalam sistem broascasting, satu sumber mendikte jutaan audiens. Sedang dalam broaband jutaan sumber melayani satu audiens. Audiens dimanja kemudahan dan banyaknya pilihan.
Terjadi anomali karena media mainstream masih memakai pola broadcasting, yang lebih mudah dimanfaatkan penguasa autoritarian. Sedang publik memilih broadband, yang lebih sesuai dengan semangat zaman, demokratis. ***






0 komentar: