Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Jepang Angkat Menteri Atasi Gejala Bunuh Diri!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Minggu 28-02-2021
Jepang Angkat Menteri
Atasi Gejala Bunuh Diri!
H. Bambang Eka Wijaya

UNTUK mengatasi meningkatnya gejala bunuh diri di negerinya setahun ungterakhir, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga membentuk kementerian baru. Kenenterian ini dipimpin Tetshushi Sakamoto sebagai Menteri Kesepian.
Pemerintah Jepang mengambil langkah tersebut untuk membantu mengekang lonjakan kasus bunuh diri. Seperti dilansir World of Buzz Jumat (19/2/2021), mayoritas kasus bunuh diri itu dilakukan wanita dan kaum muda.
Menurur peneliti, wanita yang bunuh diri banyak bekerja di sektor ritel dan jasa, mereka mengalami depresi akibat pandemi Covid-19 kehilangan pekerjaan.
Lonjakan bunuh diri terjadi pada paruh kedua 2020 dengan Oktober mencatat jumlah terbanyak yakni 2.153 kematian dalam satu bulan, tertinggi dalam lima tahun.
Jika dibandingkan Oktober 2019, jumlah wanita Jepang yang bunuh diri melonjak 82,6%, lapor CGTN.
Jepang melakukan langksh pencegahan bunuh diri itu dengan memperluas layanan konsultasi dan memperkenalkan organisasi baru kepada mereka yang membutuhkan.
Dilansir Japan Times, Suga meminta Sakamoto mengawasi upaya pemerintah untuk mengatasi masalah kesepian dan isolasi.
"Wanita lebih menderita (daripada pria), dan jumlah kasus bunuh diri sedang meningkat. Saya harap Anda akan mengidentifikasi masalah dan mempromosikan langkah-langkah kebijakan secara komprehensif," kata Suga kepada Sakamoto. (Kompas.com, 19/2)
Sakamoto berharap bisa melakukan kegiatan untuk mencegah kesepian dan isolasi sosial serta untuk menjaga hubungan antar-manusia.
Dia akan membentuk suatu forum untuk menampung pendapat dari mereka yang membantu orang-orang kesepian dan isolasi sosial serta membahas langkah-langkah yang diperlukan.
Bunuh diri di Jepang berakar pada tradisi kesatria Samurai (Bushi) sebagai ekspresi rasa bertanggung jawab. Dasarnya budaya malu. Seperti malu saat gagal menjalankan misi yang diterima dari pimpinan, atau apa lagi malah tertangkap oleh musuh, kesatria Samurai melakukan Seppuku (bunuh diri) untuk menebus rasa malu dirinya. Semangat budaya Samurai itu masih hidup dalam masyarakat Jepang hingga dewasa ini.
Mengenai banyaknya wanita dan kaum muda yang bunuh diri di masa pandemi, bisa diduga peneliti akibat depresi. Di Jepang, dewasa ini lazim wanita dan kaum muda yang sudah bekerja hidup mandiri di apartemen sendiri. Mereka bangga dengan kemampuannya hidup mandiri itu.
Mungkin saat pandemi mereka kehilangan pekerjaan, mereka malu untuk meminta-minta bantuan ke orang lain. ***



0 komentar: