PRIHATIN pada jatuhnya pesawat terbang TNI secara beruntun, Temin ke ahli klenik modern untuk mencari tahu bagaimana cara pencegahannya.
"Saya sudah proses matrik komputer peristiwa jatuhnya pesawat TNI dalam sewindu ini! Hasilnya begini!" ujar ahli klenik modern sambil menarik kertas dari printer komputernya dan memberikan ke Temin.
Dengan penasaran Temin menyambar potongan kertas dari tangan sang ahli, dan cepat membacanya. "Matrik dari rangkaian kejatuhan pesawat TNI selama sewindu terakhir, agar tidak jatuh lagi pesawat TNI harus menghindari terbang pada pasaran almanak Jawa Kliwon, Legi, Paing, Pon, dan Wage!"
"Cukup jelas, 'kan?" sela ahli klenik.
"Memang!" tegas ahli klenik. "Untuk memastikan agar pesawat tidak jatuh lagi, pesawatnya jangan terbang! Kalau tidak terbang, kujamin 1000 persen pesawatnya tidak akan jatuh!"
"Kalau pesawat tidak terbang jelas tak ada risiko jatuh!" entak Temin. "Mungkin dengan perhitungan risiko yang sama, agar pesawat TNI tak jatuh lagi, Presiden SBY menyarankan TNI untuk membatasi penerbangan!"
"Terbukti kan, Bapak Presiden amat bijaksana!" entak ahli klenik. "Bukan saja karena berarti hasil analisis tim Presiden tak jauh beda dengan matrik klenikku! Tapi diproyeksikan dalam sistem analisis apa pun secara universal, pasti hasilnya sama> tingkat risiko berkurang sebanding dengan pembatasan jumlah penerbangannya! Maka itu, untuk mencapai zero risk, pilihan kebijakannya adalah zero flight!"
"Tapi mohon maaf Tuan Ahli!" sela Temin. "Hasil analisis kebijakan Tuan itu memang logis, tapi artinya nihil! Sebab, pesawat-pesawat TNI itu diperlukan untuk mengawal kedaulatan negara kita yang amat luas, sehingga pilihan kebijakan paling tepat adalah solusi agar pesawat-pesawat TNI lebih banyak terbang dengan daya jangkau lebih jauh lagi, sebagai keniscayaan tetap terjaga dan terlindunginya seluruh kawasan tanah air! Hal itu tak mungkin jika dilakukan pembatasan terbang, apalagi zero flight!"
"Kalau itu pilihan kebijakan sebagai kebutuhan nyata negara ini, berarti para pemimpin hasil pemilu terakhir--legislatif dan eksekutif--harus menghitung ulang berapa tingkat minimal dan tingkat ideal kebutuhan untuk itu 10 tahun ke depan, yang dibayar dengan APBN 25 tahun mendatang!" tegas ahli klenik. "Maksudnya, usai lunas 25 tahun, dibuat peremajaan lagi untuk 10 tahun ke depan dengan pembayaran 25 tahun berikutnya! Hanya dengan begitu perangkat militer TNI selalu up to date, tidak lagi tambal sulam rongsokan dari zaman ke zaman!" ***
1 komentar:
Ngomong2, Temin ndatengin siapa tuh? Rumus paranormal itu sugguh jitu. Jika diterapkan, dijaminkaga bakal ada kapal TNI yang jatuh lagi. :) he...he...
Posting Komentar