Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Gunjing Jalanan Cicak Lawan Buaya!

"GUNJING orang di jalanan, the man on the street, mengenai cicak lawan buaya--KPK lawan polisi--ternyata menarik juga!" ujar Umar. "Cerita dimulai dari pertemuan Singapura antara Antasari Azhar, waktu itu sebagai ketua KPK, dengan buron KPK Anggoro Widjojo dirut PT Masaro! Isi pertemuan itu dijadikan testimoni oleh Antasari, kemudian digunakan polisi untuk menjerat pimpinan KPK!"

"Bagaimana cerita di jalanan soal itu?" kejar Amir.
"Pertemuan itu kesempatan emas KPK menangkap Anggoro, buron KPK yang dicekal ke luar negeri!" tutur Umar. "Pertemuan 'baik-baik' Anggoro dan Antasari boleh saja, tapi seusai itu semestinya buntut Antasari (tim KPK) menjerat Anggoro! Tapi karena KPK itu cicak, buntutnya kecil, jika dipakai membelit malah putus sendiri! Lain ekor buaya, sekali sabet Antasari klepek-klepek tak berdaya!"

"Antasari malah terkena Stockholm Syndrome--memihak penyanderanya--dengan membuat testimoni yang bisa mencelakakan para sejawat kerjanya di KPK!" sela Amir.
"Orang jalanan tak kenal sindroma itu!" tegas Umar. "Mereka persoalkan testimoni Antasari yang dibuat berdasar tuturan buron yang takut pulang ke Tanah Air! Apa kekuatan hukum keterangan orang yang tidak berani bertanggung jawab atas pernyataannya di muka hukum resmi negeri ini? Testimoni itu jelas tak bisa dijadikan dasar hukum buat buaya untuk menguntal--menelan mentah-mentah--cicak, yang diberi keistimewaan bisa memanjat dinding vertikal atau plafon terbalik!"

"Lantas keistimewaan cicak itu dipermasalahkan oleh buaya?" potong Amir.

"Kali ini tebakanmu tepat!" sambut Umar. "Karena cicak bisa memanjat dinding tegak dan plafon terbalik membuat tak bisa dijangkau buaya, macan, atau makhluk buas lainnya itu sempat meresahkan pawang buaya, buaya pun unjuk kebolehan untuk membuktikan kepada sang pawang, buaya bisa menjangkaunya! Kebetulan sistem hukumnya seperti gubuk reot yang rapuh! Dengan sabetan ekor buaya yang amat kuat itu gubuknya runtuh, sehingga dengan mudah buaya membuktikan, bisa menjangkau cicak!"

"Berarti pawang buaya gembira, tak perlu lagi mencemaskan keistimewaan cicak!" sela Amir.
"Itu tebakan orang jalanan!" tegas Umar. "Cuma, orang jalanan sedih dihabisinya keistimewaan cicak itu! Sebab, bukan hanya tikus-tikus koruptor semakin bebas menggerogoti harta negara dan uang rakyat, kucing-kucing garong juga berpesta mempermainkan cicak yang sudah tak berdaya!"

"Gubuk ambruk dan cicak lumpuh sekarat tak masalah, asalkan pawang buaya tidak lagi mencemaskan keistimewaan cicak!" tegas Amir. "Orang jalanan sedih silakan saja, yang penting buaya bangga, telah membuktikan berhasil menghabisi keistimewaan cicak!" n

0 komentar: