Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kisah Muzaki Pemudik Bermotor!

"APA kesan mudik?" tanya Temon. "Bukan soal jalanan macet, itu lazim setiap Lebaran!"
"Perasaan kurang enak kami pemudik bermobil, gara-gara seorang teman mudik pakai sepeda motor!" jawab Temin. "Kami jadi buah bibir di desa, karena pemudik bermotor itu membagi zakat penghasilannya kepada mustahik di sekitar rumahnya! Sedang kami pemudik bermobil, jangankan zakat penghasilan, ada yang zakat fitrah pun tidak! Alhasil, setiap kami membuat alasan kenapa belum bayar zakat penghasilan! Ada berkilah masih berutang--kredit rumah dan mobil! Ada mengaku itu mobil bos ia pinjam untuk mudik! Ada pula menyatakan itu mobil sewaan!"

"Menyedihkan! Alasan itu membuat kalian perlu dikasihani!" tegas Temon. "Kalau aku jadi kau, kudekati muzaki pemudik bermotor itu untuk cari tahu berapa penghasilannya!"
"Malah kubawa dia jalan-jalan dengan mobilku! Dia teman sekelasku di SD!" timpal Temin. "Sulit dipercaya, dia cuma pekerja pabrik dengan gaji Rp900 ribu/bulan,

termasuk tunjangan istri dan dua anak! Malah, motor yang dia pakai mudik kreditnya belum lunas!"

"Bagaimana cara dia menghisab penghasilannya, hingga bisa jadi muzaki?" kejar Temon.
"Dia pakai cara menghisab zakat keluarga istrinya! Mertuanya petani sawah tadah hujan setiap tahun membayar zakat persepuluhan--10 persen--dari hasil panennya jika melebihi setara 526 kg beras!" jelas Temin. "Harga beras kini Rp6.000/kg, setara penghasilan Rp3.156.000 setahun!"
"Dengan gaji Rp900 ribu/bulan, setahun Rp10 juta lebih, jauh di atas hisab penghasilan petani sawah tadah hujan, ia layak jadi muzaki!" tegas Temon. "Tapi bagaimana kredit motor yang belum lunas?"

"Justru berkat dapat kredit motor itu ia syukuri, doanya setiap salat mohon peningkatan derajat warfakni--terkabul! Derajat dirinya meningkat jadi muzaki!" jawab Temin. "Dengan motor itu, gajinya yang dahulu harus dikurangi uang transpor pergi dan pulang kerja Rp10 ribu/hari, jadi utuh dia serahkan ke istri! Memang dia harus kerja keras, setelah di pabrik pagi hingga pukul empat sore, bakda magrib sampai pukul 22.00 ia ngojek! Dengan itu angsuran motornya dibayar, malah bersisa ditabung istrinya, yang sebelum itu tak bisa menabung! Sisanya itu termasuk tabungan untuk zakat penghasilan tetapnya, per bulan Rp22.500--2,5 persen dari Rp900 ribu!
Jumlah satu tahun Rp270 ribu, dia bagi ke sembilan mustahik sekitar rumahnya di kampung!"

"Tampak, untuk meningkatkan derajat dirinya di depan Tuhan sebagai muzaki, perlu niat dan tekad bulat, serta kesungguhan diiringi kemauan kerja keras!" tegas Temon.
"Sehingga, meski dia cuma mudik bermotor, derajatnya lebih istimewa dari kalian yang mudik bermobil!" ***

0 komentar: