Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Galaksi Bimasakti lewat 'Black Hole' Telinga Dewaruci!


"APA dasar ceritanya, Indonesia punya nama khas Bimasakti untuk galaksi tempat tata surya kita berada, padahal secara universal galaksi ini lebih dikenal dengan Milky Way?" tanya cucu.

"Bima yang sakti itu tokoh wayang, ia mendapat kesaktiannya setelah perjuangan panjang mencari ilmu berujung harus masuk telinga kiri Dewaruci! Ternyata itu sebuah black hole, lewat mana Bima menemukan ilmu hakikat semesta alam yang luasnya tak bertepi sebagai esensi jiwa dalam diri manusia!" jawab nenek. "Karena lewat black hole Dewaruci Bima mencapai kesaktian menemukan galaksi, maka galaksinya diberi nama Bimasakti! Nama itu lebih dahulu dari Milky Way!"


"Black hole seperti di ilmu astronomi?" sela cucu.

"Nenek kutip ucapan Dewaruci pada Bima yang ragu tubuhnya sebesar bukit bisa masuk telinga Dewaruci yang bertubuh sebesar liliput. 'Wahai Bima si dungu anakku, sebesar apa dirimu dibanding alam semesta? Seisi alam ini pun bisa masuk ke dalam diriku, jangankan lagi dirimu yang hanya sejentik noktah di alam!" tutur nenek. "Mendengar itu Bima meloncat masuk ke telinga Dewaruci! Di dalam Bima melihat jagad semesta yang luas, bahkan ia melihat Dewaruci berada di jagad walikan—dimensi lain dari alam semesta!"

"Ah, Nenek kutak-katik gatuk saja!" entak cucu. "Masak konsep semesta alam orang Indonesia bisa mirip hasil penelitian Stephen Hawking, dari black hole sampai dimensi lain alam semesta!"

"Apa yang nenek utarakan ada dalam semua versi cerita Dewaruci, bagian dari Mahabrata karya pujangga Walmiki!" tegas nenek. "Inti cerita ini, ilmu luasnya tak bertepi dan selalu punya dimensi lain, harus diraih lewat perjuangan topobroto, segala keprihatinan dan penderitaan!"

"Ajaran kuno!" timpal cucu. "Di zaman posmo ini, untuk mendapat hal baru semacam ngelmu bagi realitas hidup, justru perlu tempat aneka rekreasi, kolam renang, health center, mal dan sebagainya, seperti gedung seharga Rp1,6 triliun yang akan dibangun DPR di kompleksnya, Senayan!"

"Itu pemborosan! Menunjukkan DPR tidak peka pada nasib mayoritas rakyat yang masih hidup menderita!" tegas nenek. "Dana Rp1,6 triliun itu, kata Kompas (1-9) sama dengan biaya Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk 22 juta warga miskin! Bayangkan, dana sebanyak itu hanya untuk tempat rekreasi 560 anggota DPR! Jomplang nian ketimpangan struktural di negeri kita! Sudahlah begitu, menyimpang pula dari tradisi perjuangan leluhur dalam meraih ilmu bagi kemaslahatan umat lewat keprihatinan!"

0 komentar: