"ASYIK, mudik naik motor duduk di depan pakai kaca mata hitam dengan helm kecil begitu!" ujar adik pada abang, keduanya mudik naik mobil di jok belakang, melihat pemudik berkendara motor. "Lihat! Keren, kan!"
"Tapi ngeri!" jawab abang. "Lihat itu, ayahnya ngebut, mobil kita saja disalip! Silap sedikit bisa tumburan dengan mobil yang datang dari depan!"
"Memang, kalau tak hati-hati bisa bahaya!" timpal ibunya. "Dalam mudik tahun lalu, dari H-7 sampai H+7, menurut Masyarakat Transportasi Indonesia, terjadi kecelakaan yang menewaskan 900 orang, 70 persen berkendara sepeda motor!"
"Kecelakaan bisa dikurangi jika semua pengendara menghormati para sinoman!" sela ayah.
"Sinoman itu apa?" kejar abang.
"Dalam pesta di desa, kerabat dan tetangga secara sukarela dan ikhlas menangani segala pekerjaan sampai semua beres tanpa diberi upah, terutama melayani tamu! Mereka disebut sinoman!" jelas ayah. "Mudik pesta umat, yang jadi sinoman polisi, pos kesehatan, petugas penyeberangan, awak servis kendaraan dari diler, penyaji di tenda minuman energi dan jamu gratis dan sebagainya di sepanjang jalur mudik!"
"Mereka kan digaji, honor, atau malah lembur!" tukas ibu. "Tidak sesukarela sinoman di pesta warga desa!"
"Memang, tapi honor atau uang lemburnya itu tak sebanding dengan pengorbanan mereka! Di hari Idulfitri tidak kumpul dengan keluarga, tak sungkem dan bersilaturahmi dengan kerabat dan sobat demi melayani umat yang mudik agar selamat dan sehat sampai tujuan!" tegas ayah. "Mereka ikhlas melakukan itu demi melayani umat mudik, itulah semangat sinoman! Maka itu, kalau pengabdian mereka dihormati, panduan polisi terhadap semua kendaraan dipatuhi terutama oleh motor, saat tubuh terasa kurang fit lapor ke pos kesehatan, motor terasa kurang mantap singgah ke servis diler, agar tak ngantuk dan masuk angin mampir ke minuman energi dan jamu, kecelakaan akibat human error dan faktor kendaraan bisa direduksi!"
"Tapi kenapa semua layanan gratis itu kurang dimanfaatkan pemudik, khususnya pengendara motor hingga menjadi 70 persen dari 900 korban tewas?" tanya adik.
"Karena di antara mereka banyak yang ingin lebih cepat sampai tujuan!" jawab ayah.
"Dan itu untuk disombongkan pada teman di kampung, mudik pakai mobil sampai 14 jam, dengan bangga dikatakan dia pakai motor tembus 10 jam!"
"Tapi, karena mau lebih cepat empat jam sampai kampung, malah lebih cepat masuk kubur!" timpal abang. "Itu akibat kurang menghormati sinoman!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Senin, 06 September 2010
Mudik, Hormati Para Sinoman!
Label:
mudik
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar