Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

'Marhalah Qisas', Pakistanisasi ala


"PERINGATAN Kapolri Bambang Hendarso Danuri bahwa target teroris adalah mengambil-alih kekuasaan (Kompas, 25-9) layak diperhatikan!" ujar Umar. "Terlebih dengan munculnya Musthofa Abu Tholut—yang ahli perang kota—jadi pimpinan teroris! Jika usaha teroris memancing polisi melayani spesialisasi mereka berhasil, Indonesia bisa terjebak perang kota seperti Pakistan!"

"Proses Pakistanisasi itu layak diwaspadai atas dua alasan," sambut Amir. "Pertama, sesuai informasi yang diperoleh pengamat terorisme Al Chaidar (Koran Tempo, 27-9), polisi baru melumpuhkan enam dari 114 sel jaringan teroris yang dibentuk Abu Tholut! Jadi, di atas kertas, jaringan teroris masih cukup kuat. Kedua, menurut pengamat terorisme Dynno Chressbon (Koran Tempo, idem), dengan keahlian itu pasukan Abu Tholut memakai prinsip marhalah qisas—pembalasan setimpal! Prinsip ini lazim digunakan eks pelatihan teroris di Afghanistan dan Filipina, dinyatakan terpidana teroris Asep Jaya dan Dahlan di pengadilan!"


"Praktek marhalah qisas terlihat pada serangan balik teroris ke Mapolsek Hamparan Perak yang menewaskan tiga anggota polisi, pembalasan setimpal atas tewasnya tiga teroris—dua dalam penyergapan di Tanjung Balai, satu di Hamparan Perak!" timpal Umar. "Hamparan Perak itu koridor antara Kota Medan (dari Titi Papan ke Belawan) dan Kota Binjai. Jadi, relatif kawasan urban!"

"Dengan para senior sel jaringan Abu Tholut telah berpengalaman perang kota di Palu dan Ambon, metodenya pun menurut Dynno jauh berbeda bahkan sejak awal menentang pola bom bunuh diri model Noordin M. Top dan Azahari! Abu Tholut lebih suka bom mobil dan serangan terbuka, seperti di Mapolsek Hamparan Perak!" tegas Amir. "Hal itu bisa dipahami, menurut Al Chaidar, Abu Tholut merupakan instruktur perang di kamp Hudaibiyah, Mindanao, Filipina! Faktor ini pula membuat dia bisa membangun sel jaringan teroris luas dengan inti muridnya dari kamp latihan itu!"

"Maka itu, untuk menggagalkan usaha teroris melakukan Pakistanisasi di kota-kota Indonesia, aparat keamanan harus lebih cepat mempreteli sel-sel jaringan terorisme, terutama di bawah Abu Tholut dan tokoh-tokoh dekatnya!" timpal Umar. "Tentu tak mudah mengungkap sel-sel jaringan teroris itu, apalagi kebanyakan berupa sleeper cell—sel tidur—yang siap menunggu komando! Tapi berkat pengalaman Densus 88 yang selama ini berhasil mengungkap banyak sel seperti itu, bisa diharapkan semua sel jaringan teroris bisa dibuat layu sebelum beraksi!"

0 komentar: