Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kenapa Polisi BaikDikutuk Jadi Batu?


DUA bocah ikut mudik, duduk di jok belakang. Sembari mengamati jalanan, si abang berkata, "Polisi di sini baik-baik, ya? Mereka siaga berdiri dekat simpang, tak menyetopi mobil seperti di televisi!"

"Memang!" sambut adik. "Tapi tubuh polisi baik itu kulihat membatu!"

"Kulihat juga begitu!" timpal abang. "Jangan-jangan polisi-polisi baik itu dikutuk jadi batu!"

"Kenapa polisi baik dikutuk jadi batu?" kejar adik.

"Mungkin tak boleh begitu! Cuma tegak di simpang, tak menyetop mobil!" tebak abang. "Ingat berita televisi tentang jenderal polisi?"


"Jenderal yang mana?" tanya adik.

"Yang dipuji sebagai polisi baik!" jawab abang. "Pujian itu membuat banyak polisi lain berusaha mencari bukti, dia bukan polisi baik! Polisi lain berhasil, jenderal itu dibui!"

"Itu bisa berarti, tak boleh ada polisi baik?" timpal adik. "Kalau baik dikutuk jadi batu, atau dengan mudah dibuktikan tidak baik!"

"Aneh!" tukas abang. "Apa karena kerja polisi menangani penjahat, seperti tukang ikan menangani ikan yang amis, jadi amis juga?"

"Bukan begitu!" potong ibunya geli mendengar celoteh anaknya. "Polisi yang kalian sebut dikutuk jadi batu itu, patung! Patung simbol kedisiplinan polisi, tak kenal siang atau malam, panas atau hujan, tak beranjak dari pos tugasnya! Sedang polisi dibui jika bisa dibuktikan bersalah! Sebagian besar polisi tak dibui, karena belum dibuktikan bersalah!"

"Apa yang disiplin bukan cuma patungnya?" sela Adik.

"Kita lihat sepanjang jalur mudik!" tegas ibu. "Di tempat lalu lintas padat, polisi seharusnya hadir mengatur, apa ada polisi di situ!"

"Bukan di tempat ramai yang perlu polisi! Tapi di jalan sunyi, tempat penjahat beraksi!" timpal abang. "Di tempat sunyi itu truk dan mobil travel dirampok geng bersenjata api, dompet semua penumpang dirampas hingga mudik tanpa duit lagi!"

"Dengan rampoknya banyak, bersenjata api pula, kalau satu atau dua polisi saja bisa kewalahan!" tukas adik. "Lebih tepat di lokasi sunyi dibuat pos bayangan pakai lampu suram tapi terlihat banyak polisi di dalamnya, agar penjahat segan beraksi di sekitar itu!"

"Begitu banyak tempat sunyi, tak cukup polisi untuk mengisi pos bayanganmu setiap malam!" timpal ibu.

"Maka lampunya suram, karena yang bertugas di situ setiap malam cuma maneken berbaju polisi! Siang pos itu kosong, petang dipasang, subuh diambil!" tegas adik. "Penjahat yang melintas akan menghindari beraksi di sekitar pos yang setiap malam penuh 'polisi' itu!"

"Antar-jemput maneken dan kontrolnya menjadi patroli rutin!" timpal abang. "Penjahat ogah kepergok patroli!" ***

0 komentar: