Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mudik, Dimensi Manusia dalam Kemanusiaan!


BERKEMAS untuk mudik, dua bocah sibuk untuk membawa kesayangannya! Budi memasukkan kucingnya yang pintar menangkap tikus ke kantong plastik, Nina membungkus bunga pot pasangan taplak untuk meja guru di sekolah!

"Apa-apaan ini?" tegur ayahnya. "Membawa tas pakaian dan aneka oleh-oleh saja kewalahan saat berebut naik kereta api, apalagi membawa anak-anak seperti kalian yang bisa terjepit dan terinjak-injak, mau bawa macem-macem pula!"
"Kucingku tak ada yang ngasi makan selama 10 hari kita mudik!" kilah Budi.
"Bungaku mati 10 hari tak disiram!" timpal Nina.



"Kunci rumah nanti kita titikan ke tetangga, sekaligus minta tolong memberi makan kucing, menyiram bunga, menghidupkan lampu teras saat senja dan mematikannya di pagi hari!" sela ibu. "Mudik itu pulang kampung! Jadi, yang pulang kampung itu kita, manusia! Kucing dan bunga tak punya kampung, jadi tidak mudik!"

"Lebih lagi, kita mudik dalam rangka Idul Fitri, untuk menyempurnakan kefitrian atau kesucian diri sebagai manusia setelah sebulan berpuasa Ramadan! Penyempurnaan kefitrian itu utamanya dengan melunasi zakat memenuhi kewajiban dimensi kemanusiaan kita terhadap anak yatim, fakir miskin dan kaum lemah lain selaku mustahik sebelum Solat Idul Fitri; serta silaturahmi saling memaafkan pada orang tua, kerabat dan sesama!"

"Karena orang tua dan kerabat lazim berkumpul di kampung saat Lebaran, mudik atau pulang kampung jadi lebih afdol saat Lebaran!" timpal ibu. "Kucing dan bunga pot tak ada kaitan dengan dimensi manusia dan kemanusiaan mudik itu!"

"Prioritas pada dimensi manusia dan kemanusiaan itu amalan Hablun Minannas, hubungan antarmanusia, yang menjadi syarat atau jembatan mencapai Hablun Minallah--hubungan manusia dengan Allah!" lanjut ayah.

"Karena itu, tercapainya kefitrian dalam dimensi manusia, serta memenuhi kewajiban dalam dimensi kemanusiaan dengan memprioritaskan perhatian dan bantuan pada kaum lemah (mustahik) ketimbang yang lain--kucing, pot bunga atau sejenisnya--harus diusahakan maksimal sepanjang Ramadan dan Idul Fitri!"

"Bagaimana jika dalam berpuasa Ramadan ada orang menyatakan demi kucing, pot bunga atau sejenisnya itu ia memilih bahkan menganjurkan untuk mengorbankan sejumlah kaum duafa mustahik tak ditolong dan dibiarkan terlantar sengsara?" tanya Budi.

"Orang seperti itu layak dikasihani, hari gini tak kenal kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai dasar bernegara!" tegas ayah. "Semoga dia cepat mendapat hidayah-Nya!"

0 komentar: