Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Rahasianya di Mulut Nenek!


SETIBA di desa, anak Timan usia setahun lebih yang dibawa mudik naik sepeda motor menangis terus! "Badannya panas! Bagaimana ini, Lebaran tak ada dokter, apotek tak buka!" ujar istri Timan panik.
"Tak Lebaran pun di desa ini tak ada dokter dan apotek!" timpal Timan. "Serahkan ke neneknya!"


"Mari! Sudah capek dibawa naik motor jarak jauh, masuk angin pula cucuku ini!" nenek ambil si cucu dari gendongan ibunya. "Ibunya mandi dulu! Bapaknya cari daun jarak untuk tapel anaknya!"

Nenek membawa cucunya ke dapur, mengambil bahan-bahan jamu di sumpit tergantung! Ia ambil delingo, bengle, lempuyang, dan kencur masing-masing sekerat dimasukkan ke mulut lalu dikunyahnya sampai lembut! Kemudian mulut cucunya ia cekoki dengan cairan jamu langsung dari mulut nenek! Setelah itu tubuh cucunya ia bersihkan dengan air hangat, perutnya ditempeli daun jarak yang dilayukan, dan diolesi minyak tanah!
Begitu ibunya selesai mandi dan ganti baju, anaknya sudah mau disusui hingga tertidur. "Diberi obat tidur, ya?" tukas si ibu.

"Betul!" jawab nenek. "Obat tidur terbaik buat bayi susu ibu! Jika tak kau susui, tak bisa tidur!"
"Sebelumnya disusui tak mau, nangis melulu!" timpal ibunya. "Nenek beri apa?"
"Dicekoki!" sela Timan. "Bahan jamu dikunyah nenek, dari mulut nenek dikucurkan ke mulut anak! Resep nenek moyang yang paling manjur!"

"Jadi bersama ludah dari mulut nenek dikucurkan ke mulutnya?" entak ibunya.
"Justru rahasianya di mulut nenek!" tegas Timan. "Nenek penginang, makan sirih, kapur dan gambir lalu dioles susur—tembakau basah—segala jenis bakteri tak ada yang mampu bertahan hidup di mulut nenek! Lihat gigi nenek yang hitam itu, masih utuh dalam usia selanjut sekarang! Jadi, mulut nenek dijamin steril sebagai tempat untuk memproses dan menyuapkan obat!"

"Ih!" istri Timan bergidik.
"Begitulah kita, warga pinggiran kota!" tukas Timan. "Pada mulut nenek yang telah teruji steril dari zaman nenek moyang, kita jijik! Tapi pada mulut pemimpin, bahkan yang sudah sering kita ketahui lain di mulut lain di hati, beda ucapan dari tindakan, malah kita puji, kita pilih setiap pemilu!"

"Itu karena pilihan yang tersedia begitu semua, orang cuma bisa memilih terbaik di antara yang buruk!" timpal istri Timan. "Kriteria terbaik dalam pilihan itu ternyata retorikanya, sehingga rakyat jadi terbiasa menikmati ucapan indah tentang penderitaan mereka yang amat pedih! Semakin dalam penderitaan rakyat, semakin indah pula retorika menutupinya!"

0 komentar: