"JUSTRU pada bulan panen raya padi, April 2012, nilai tukar pertanian (NTP) Provinsi Lampung yang naik 0,46% menjadi 124,92 kian jauh di atas NTP Nasional rata-rata 33 provinsi 104,71!" ujar Umar.
"Lebih dahsyat lagi, NTP Lampung yang tertinggi nasional itu dikatrol oleh NTP tanaman padi dan palawija yang mencatat rekor pada 134,66%, naik 0,72%, dan tanaman perkebunan rakyat 127,57 naik 0,33%, dua subsektor yang amat penting bagi perekonomian rakyat Lampung!"
"Untuk semua itu kita panjatkan syukur ke hadirat Yang Maha Pemurah yang mengucurkan nikmatnya itu!" timpal Amir. "Betapa berkat dominasi sawah tadah hujan di provinsi ini, harga beras lokal selalu jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Sekaligus, dengan kondisi areal pertanian sedemikian APBD subsektor pertanian tanaman pangan—juga subsektor perkebunan rakyat—tak cukup menonjol!"
"Lebih mengesankan lagi, semua keunggulan itu tercapai di balik kondisi jaringan infrastruktur perdesaan yang kerusakannya diakui Pemprov dan Pemkab-Pemkab!" tegas Umar. "Kerusakan infrastruktur yang membuat ongkos transportasi kebutuhan warga desa naik sehingga memicu sesuatu yang khas, inflasi perdesaan di Lampung, pada April 2012 sebesar 025%! Dan inflasi itu didongkrak makanan jadi—mi instan dan sejenis yang inflasinya mencapai 0,78%."
"Bayangkan, inflasi makanan jadi sekelas mi instan dan jajanan kemasan yang relatif amat ringan saja bisa mencapai 0,78% akibat rusaknya jalan ke perdesaan, sehingga tingginya NTP selalu tak memiliki arti efektif akibat selalu tergerus oleh inflasi perdesaan yang terus mengikutinya!" timpal Amir.
"Apalagi pasar desa yang jadi dasar pendataan NTP itu adalah pangkalan pembelian gabah dan hasil panenan lainnya di tingkat kecamatan, berarti nilai penjualan yang dicapai juga dikurangi ongkos angkut jalan dari dusun ke pangkalan yang jadi lebih mahal oleh jalan rusak!"
"Tepatnya, perlu usaha ekstra agar NTP yang tinggi itu bisa efektif, artinya benar-benar bisa dinikmati petani!" tegas Umar. "Hal itu penting terutama mengingat penguasaan lahan petani Lampung dewasa ini relatif sempit—transmigran sudah generasi ketiga dari lahan tanaman pangan 2 hektare yang diterima generasi pertama! Sedang lahan perkebunan rakyat, 2004 Dadang Ishak Iskandar mencatat hasil penelitian sebuah LSM di desa-desa sebuah kecamatan Lampung Utara, tanaman lada yang dimiliki keluarga rata-rata tinggal 48 batang! NTP boleh tinggi, kalau hasil panennya cuma sedikit, memelas juga!" ***
"Tepatnya, perlu usaha ekstra agar NTP yang tinggi itu bisa efektif, artinya benar-benar bisa dinikmati petani!" tegas Umar. "Hal itu penting terutama mengingat penguasaan lahan petani Lampung dewasa ini relatif sempit—transmigran sudah generasi ketiga dari lahan tanaman pangan 2 hektare yang diterima generasi pertama! Sedang lahan perkebunan rakyat, 2004 Dadang Ishak Iskandar mencatat hasil penelitian sebuah LSM di desa-desa sebuah kecamatan Lampung Utara, tanaman lada yang dimiliki keluarga rata-rata tinggal 48 batang! NTP boleh tinggi, kalau hasil panennya cuma sedikit, memelas juga!" ***
0 komentar:
Posting Komentar