Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pendidikan Harus Cetak Kasta Baru!

"KASTA menurut Wikipedia berasal dari bahasa Portugis, artinya pembagian masyarakat!" ujar Umar. "Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang, atau orang-orang ahli bidang tertentu, seperti halnya spesialisasi!" "Jadi bukan jenjang derajat manusia yang lebih tinggi dari manusia lain seperti dalam masyarakat Hindu dengan empat kasta, Brahmana untuk pengarah spiritual, Kesatria untuk kepala dan anggota lembaga pemerintahan, Waisya untuk pedagang, dan Sudra untuk abdi yang jadi pelayan ketiga kasta di atasnya!" timpal Amir. "Berarti pendidikan harus bisa mencetak manusia dengan kasta-kasta baru dalam arti menjadi ahli atau spesialis dalam bidang-bidang tertentu sehingga terbentuk masyarakat modern yang maju!" 

"Idealnya, meski seseorang cuma petani atau nelayan, pendidikan mencetaknya sebagai petani dan nelayan yang ahli di bidangnya sehingga kehidupan keluarganya bisa sejahtera!" tegas Umar. "Hal itu jika cita-cita para Bapak Pendiri Bangsa 'pendidikan bermutu untuk semua' bisa diwujudkan menjadi kenyataan!" "Sayangnya ideal itu tetap cuma cita-cita, sedang realitasnya jauh dari harapan! Akses menjangkau pendidikan justru menjadikan cita-cita 'pendidikan bermutu untuk semua' sebatas isapan jempol!" timpal Amir. "Komersialisasi yang mencekam dunia pendidikan terutama pada sekolah publik (negeri), mulai model RSBI di sekolah menengah dan BHMN di perguruan tinggi—kini dalam proses peninjauan—telah menghambat akses 'pendidikan bermutu untuk semua’!" "Jadi alih-alih menciptakan kasta-kasta baru para ahli dan spesialis, realitasnya malah melempar mayoritas warga bangsa ke kasta Sudra, menjadi pelayan bukan cuma buat bangsa sendiri, lewat pengiriman TKI yang masif, bangsa kita pun cuma menjadi pelayan bagi bangsa-bangsa lain!" tukas Umar.

 "Artinya, ideal pendidikan bermutu untuk semua harus diwujudkan sejak keadilan aksesnya, sampai setiap tahap selanjutnya dijauhkan dari gejala pendidikan dijadikan sebagai komoditas—barang dagangan—setiap kegiatan direkayasa menjadi sumber duit!" "Tepatnya, pendidikan nasional harus ditata ulang dengan mengalihkan orientasinya dari duit ke peningkatan kualitas untuk semua secara adil!" timpal Amir. "Karena poros penataan ulangnya pada pendidikan negeri, perbaikan bertolak dari birokrasinya, mulai pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah! Lalu peningkatan

0 komentar: