Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

FOMC Pastikan Suku Bunga Tak Naik!

KURS rupiah pada posisi Rp13.412 per dolar AS saat penutupan Jumat (9/10) sore menguat 3,43% dibanding penutupan sebelumnya pada 13.887. Sedangkan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari itu ditutup pada 4.598,34, naik 2,18% (Kompas.com, 9/10).

Menurut ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, penguatan rupiah dan IHSG yang cukup signifikan hari itu merespons hasil rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) malam Jumat (WIB), yang memastikan The Federal Reserve (The Fed) tidak menaikkan suku bunganya sampai akhir tahun ini (detik-finance, 9/10).

Jadi, kalau pada awalnya rupiah dan IHSG menguat didasarkan tafsiran pasar bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya karena data tenaga kerja AS buruk, sekarang telah didapat kepastian langsung dari pengelola The Fed. Sebagai dasar buat para pengambil kebijakan di pasar, hal itu menjadi lebih kuat.

Langkah FOMC itu diambil, menurut David, karena kalau suku bunga dinaikkan, dolar AS tambah kuat berakibat inflasi tinggi, sedang target mereka inflasi dijaga hanya 2%.

Kalau soal peningkatan kurs rupiah dan ringgit Malaysia hari itu menjadi terkuat di kawasan, hingga lebih 3%, dibanding won Korea 1,2%, Taiwan 1,1%, bath Thailand 0,4%, menurut David, karena pelemahan rupiah dan ringgit sebelumnya paling dalam sehingga jadi mata uang paling murah di emerging market. Karena itu, saat ada sinyal The Fed tak jadi menaikkan suku bunga, para investor pun membelinya.

Keputusan The Fed itu penting bagi pelaku pasar seluruh dunia, karena investor dari AS umumnya bermain di pasar emerging market menggunakan dana berbunga sangat murah dari bank dan lembaga keuangan negerinya, yang pada krisis kredit perumahan 2008 mendapat dana quantitative easing (QE), guyuran dana dari pemerintah berbunga murah sampai gratis untuk mendukung konsumsi masyarakat negerinya guna menggerakkan kembali ekonominya yang sempat stagnan. Dana QE yang dikucurkan Pemerintah AS waktu itu mencapai sekitar 760 miliar dolar.
Dana tersebut merembes dan menciptakan booming di pasar emerging market sehingga harga saham di bursa melesat dan menurut Ryan Filbert (Kompas.com, 10/10) banyak yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya kinerja perusahaan.

Karena itu, para pelaku pasar di dunia khawatir jika The Fed memasang suku bunga, berarti dana murah itu ditarik kembali lewat proses tapering. Gelembung busa di emerging market bisa gembos dan kembali hidup seadanya tanpa rembesan dana murah lagi. ***

0 komentar: