AKIBAT terselimuti limpahan asap kebakaran hutan dan lahan dari Indonesia, Singapura memutuskan memboikot peredaran produk Indonesia yang terdiri dari kertas kemasan, tisu, pensil warna, hingga kertas catatan tempel dari supermarket.
Itu perintah Dewan Lingkungan Singapura (SEC) kepada 16 jaringan supermarket di Singapura untuk menghentikan sementara peredaran produk yang diproduksi beberapa perusahaan Indonesia hingga menunggu penyelidikan lebih lanjut. (Kompas.com, 19/10)
Mengutip Bloomberg, jaringan supermarket terbesar di Singapura, NTUC FairPrice, malah sudah memboikot produk perusahaan asal Indonesia, Asia Pulp & Paper (APP), sejak Rabu (7/10) karena menilai APP bertanggung jawab atas kebakaran hutan serta kabut asap yang "menyiksa" banyak negara tetangga. (Kompas.com, 7/10)
Sejumlah produk yang akan ditarik, antara lain merek Paseo, Nice, dan Jolly. Boikot Singapura atas produk Indonesia itu ditanggapi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pemerintah tak akan tinggal diam. Pihaknya akan terus menjalin komunikasi intens dengan negeri tetangga terkait masalah itu.
Diperparah oleh dampak El Nino, sudah lebih dua bulan Pemerintah Indonesia belum berhasil mengatasi kebakaran dan asap, yang di sejumlah kawasan justru semakin pekat. Sebaliknya, kebakaran hutan dan lahan meluas justru ke timur, melawan arah asal angin El Nino dari Samudera Pasifik—ini cermin penanganan bencana asap tak efektif.
Bandara Sorong dan Timika di Papua sudah menunda sejumlah jadwal penerbangan. Artinya, dari Sumatera, Kalimantan, sampai Papua, sudah terkena bencana asap. Tapi sejauh ini pemerintah belum menetapkan status bencana nasional, dengan alasan kalau ditetapkan sebagai bencana nasional para pelaku pembakaran hutan lolos dari jerat hukum.
Tapi tanpa status bencana nasional, daerah kesulitan dana untuk mengatasinya. Di lain pihak, tanpa penetapan status bencana nasional, pemerintah malah menerima bantuan internasional untuk melakukan pemadaman.
Di Sumatera Selatan, atas bantuan asing itu, hasilnya lumayan. Buktinya, pesawat jemaah haji asal Jambi yang tak bisa mendarat karena pekatnya asap di Bandara Sultan Thaha, Jambi, Minggu (18/10) malam didaratkan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. (detik-news, 19/10) Jadi, kalau kini asap tambah pekat di Jambi, Riau, dan Kalimantan Tengah, mencerminkan kita tak mampu mengatasinya, harapan masih ada: datangkan bantuan asing memadamkan kebakaran hutan dan lahan kita. ***
0 komentar:
Posting Komentar