"KOK senyum sendiri?" Amir menegur Umar.
"Katanya kebijakan ekonomi paket III dijamin nendang!" jawab Umar. "Nyatanya menurunkan harga BBM jenis avtur untuk penerbangan domestik hanya 1 sen dolar AS per liter."
"Jangan dilihat nilainya yang 1 sen dolar hanya dengan volume 1 liter," timpal Amir. "Tangki pesawat Boing 737 itu di sayap kanan berisi 9 ton, sayap kiri 9 ton, di bawah badan pesawat 6 ton, total sekali full tank 24 ton! Jadi, meski seliter cuma 1 sen dolar, kalau full tank jelas nendang! Kalau maskapainya punya 100 pesawat, berapa besar pula nilainya sehari, sebulan, apalagi setahun!"
"Untuk kita, perkalian itu mungkin besar nilainya. Tapi buat maskapai pemilik 100 pesawat, seberapalah artinya itu?" tukas Umar. "Lagi pula, apa relevansinya itu dengan usaha menaikkan kurs rupiah dan IHSG?"
"Soal kurs rupiah dan IHSG kan cukup data tenaga kerja AS yang buruk hingga memberi isyarat The Fed sampai akhir tahun tidak menaikkan suku bunga acuan, beres sendiri!" tegas Amir. "Fokuslah bicara soal penurunan harga avtur 1 sen dolar per liter. Kebijakan itu hanya untuk menunjukkan pemerintah telah menurunkan harga BBM, tak penting jenisnya apa dan seberapa besar penurunannya. Karena sejak musibah AirAsia dekat Sampit, pemerintah tidak setuju dengan tiket murah dalam penerbangan sehingga harga tiket pesawat kemudian dipatok cenderung lebih mahal. Jadi, dengan penurunan harga avtur hanya 1 sen dolar itu, tentu agar tak bertentangan dengan kebijakan tiket mahal dari pemerintah."
"Tapi apakah dengan demikian tak terlihat pemerintah membuat kebijakan dengan setengah hati, malah bisa terkesan bercanda?" tanya Umar. "Padahal kebijakan tersebut dibuat untuk tujuan besar, mengatasi dampak pelambatan ekonomi nasional yang terimbas pelambatan ekonomi global, dengan meningkatkan daya beli rakyat. Sedangkan avtur tak ada relevansinya dengan daya beli rakyat!"
"Kalau cari yang ada hubungan dengan rakyat, harga solar diturunkan Rp200 per liter!" sambut Amir. "Sopir truk dan sopir bus pasti senang mendapat bonus ini. Setiap mengisi 100 liter, mereka akan mendapat kelebihan Rp20 ribu!"
"Kalau saja penurunan harga solar itu tak ditarik sebagai bagian keuntungan juragan truk atau bus. Lagi pula, seberapa besar sih bonus untuk sopir truk dan bus itu bisa menurunkan harga bahan pokok kebutuhan rakyat yang sudah menanjak tajam sepanjang tahun ini?" entak Umar. "Terkesan kuat, kebijakan itu amat jauh dari yang diharapkan rakyat!" ***
"Katanya kebijakan ekonomi paket III dijamin nendang!" jawab Umar. "Nyatanya menurunkan harga BBM jenis avtur untuk penerbangan domestik hanya 1 sen dolar AS per liter."
"Jangan dilihat nilainya yang 1 sen dolar hanya dengan volume 1 liter," timpal Amir. "Tangki pesawat Boing 737 itu di sayap kanan berisi 9 ton, sayap kiri 9 ton, di bawah badan pesawat 6 ton, total sekali full tank 24 ton! Jadi, meski seliter cuma 1 sen dolar, kalau full tank jelas nendang! Kalau maskapainya punya 100 pesawat, berapa besar pula nilainya sehari, sebulan, apalagi setahun!"
"Untuk kita, perkalian itu mungkin besar nilainya. Tapi buat maskapai pemilik 100 pesawat, seberapalah artinya itu?" tukas Umar. "Lagi pula, apa relevansinya itu dengan usaha menaikkan kurs rupiah dan IHSG?"
"Soal kurs rupiah dan IHSG kan cukup data tenaga kerja AS yang buruk hingga memberi isyarat The Fed sampai akhir tahun tidak menaikkan suku bunga acuan, beres sendiri!" tegas Amir. "Fokuslah bicara soal penurunan harga avtur 1 sen dolar per liter. Kebijakan itu hanya untuk menunjukkan pemerintah telah menurunkan harga BBM, tak penting jenisnya apa dan seberapa besar penurunannya. Karena sejak musibah AirAsia dekat Sampit, pemerintah tidak setuju dengan tiket murah dalam penerbangan sehingga harga tiket pesawat kemudian dipatok cenderung lebih mahal. Jadi, dengan penurunan harga avtur hanya 1 sen dolar itu, tentu agar tak bertentangan dengan kebijakan tiket mahal dari pemerintah."
"Tapi apakah dengan demikian tak terlihat pemerintah membuat kebijakan dengan setengah hati, malah bisa terkesan bercanda?" tanya Umar. "Padahal kebijakan tersebut dibuat untuk tujuan besar, mengatasi dampak pelambatan ekonomi nasional yang terimbas pelambatan ekonomi global, dengan meningkatkan daya beli rakyat. Sedangkan avtur tak ada relevansinya dengan daya beli rakyat!"
"Kalau cari yang ada hubungan dengan rakyat, harga solar diturunkan Rp200 per liter!" sambut Amir. "Sopir truk dan sopir bus pasti senang mendapat bonus ini. Setiap mengisi 100 liter, mereka akan mendapat kelebihan Rp20 ribu!"
"Kalau saja penurunan harga solar itu tak ditarik sebagai bagian keuntungan juragan truk atau bus. Lagi pula, seberapa besar sih bonus untuk sopir truk dan bus itu bisa menurunkan harga bahan pokok kebutuhan rakyat yang sudah menanjak tajam sepanjang tahun ini?" entak Umar. "Terkesan kuat, kebijakan itu amat jauh dari yang diharapkan rakyat!" ***
0 komentar:
Posting Komentar