KONYOL banget. “Hari gini”, di era digital yang serba-touch screen, masih ada gubernur dan istrinya kena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan barang bukti uang tunai di kardus. Itulah kejadian Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti. Istrinya, Lili Madari, ditangkap KPK bersama beberapa kontraktor, Selasa (20/6/2017).
Peristiwa itu menunjukkan betapa di kalangan pemimpin bangsa banyak belum menyadari bahayanya korupsi bukan sebatas menyengsarakan masyarakat kebanyakan yang masih serbakekurangan. Tetapi juga bagi diri mereka, para pemimpin itu sendiri, ketika korupsinya terkuak penegak hukum, langsung masuk golongan pelaku kejahatan luar biasa (extraordinary crimes).
Kalau warga jelata mau Lebaran nabrak-nabrak cari duit buat beli ganti baju anaknya setahun sekali, lumrah. Tapi istri gubernur terpilih, masa mau Lebaran nabrak-nabrak mengijonkan proyek peningkatan jalan? Jelas keterlaluan.
Memang paradoksal, kalau yang dibayangkan benar, bahwa para pemimpin terutama pada era pemilihan langsung harus pamer kemurahan hati kepada rakyat pemilih di hari-hari rakyat jelata pemilihnya amat membutuhkan, seperti menjelang Lebaran.
Para pemimpin “hasil pilihan” rakyat itu setidaknya harus menyediakan ribuan paket sembako untuk rakyat pemilihnya. Dengan cara bagaimanapun, tanpa kecuali harus mengijonkan proyek. Tak ayal, ceritanya pun jadi mundur ratusan tahun, kembali ke zaman Robin Hood.
Betapa celaka sebuah bangsa kalau dipimpin oleh orang-orang yang bermental Robin Hood sebagai produk era pemilihan langsung. Pertama, yang harus dirampok kekuasaan itu sendiri lewat pemilihan langsung karena hanya dengan kekuasaan itu bisa lebih leluasa merampok uang negara untuk dibagi-bagikan ke rakyat sebagai cara menjaga popularitas dan kedudukan.
Lebih celaka lagi, pemimpin yang meraih kedudukan lewat pemilihan umum itu bukan cuma kepala daerah, melainkan juga para legislator. Mereka juga harus berlomba unjuk paling dermawan kepada konstituennya. Kurang dermawan, bisa kalah perolehan suara yang butuh puluhan ribu, bahkan ratusan ribu untuk legislator pusat. Akibatnya bisa dilihat, sampai saat ini menurut catatan ICW sudah ada 86 anggota DPR (pusat) yang diproses hukum kasus korupsi. Untuk tingkat DPRD tentu sudah ratusan.
Untuk mengakhiri kekonyolan itu, yang perlu disadarkan justru warga pemilih, jangan terpengaruh sembako! Sembakonya diterima saja, tapi pilihlah sesuai dengan hati nurani! ***
Kalau warga jelata mau Lebaran nabrak-nabrak cari duit buat beli ganti baju anaknya setahun sekali, lumrah. Tapi istri gubernur terpilih, masa mau Lebaran nabrak-nabrak mengijonkan proyek peningkatan jalan? Jelas keterlaluan.
Memang paradoksal, kalau yang dibayangkan benar, bahwa para pemimpin terutama pada era pemilihan langsung harus pamer kemurahan hati kepada rakyat pemilih di hari-hari rakyat jelata pemilihnya amat membutuhkan, seperti menjelang Lebaran.
Para pemimpin “hasil pilihan” rakyat itu setidaknya harus menyediakan ribuan paket sembako untuk rakyat pemilihnya. Dengan cara bagaimanapun, tanpa kecuali harus mengijonkan proyek. Tak ayal, ceritanya pun jadi mundur ratusan tahun, kembali ke zaman Robin Hood.
Betapa celaka sebuah bangsa kalau dipimpin oleh orang-orang yang bermental Robin Hood sebagai produk era pemilihan langsung. Pertama, yang harus dirampok kekuasaan itu sendiri lewat pemilihan langsung karena hanya dengan kekuasaan itu bisa lebih leluasa merampok uang negara untuk dibagi-bagikan ke rakyat sebagai cara menjaga popularitas dan kedudukan.
Lebih celaka lagi, pemimpin yang meraih kedudukan lewat pemilihan umum itu bukan cuma kepala daerah, melainkan juga para legislator. Mereka juga harus berlomba unjuk paling dermawan kepada konstituennya. Kurang dermawan, bisa kalah perolehan suara yang butuh puluhan ribu, bahkan ratusan ribu untuk legislator pusat. Akibatnya bisa dilihat, sampai saat ini menurut catatan ICW sudah ada 86 anggota DPR (pusat) yang diproses hukum kasus korupsi. Untuk tingkat DPRD tentu sudah ratusan.
Untuk mengakhiri kekonyolan itu, yang perlu disadarkan justru warga pemilih, jangan terpengaruh sembako! Sembakonya diterima saja, tapi pilihlah sesuai dengan hati nurani! ***
0 komentar:
Posting Komentar