Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Qatar, Mahalnya Independensi itu!

QATAR diisolasi tiga negara tetangganya yang berbatasan wilayah, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, didukung Mesir dan Yaman. Meski pengucilan itu akibat Qatar mengaku memiliki hubungan dengan Iran dan tuduhan Qatar membantu Ikhwanul Muslimin (IM) yang dilabeli teroris, faktualnya hal itu konsekuensi independensi politik luar negeri Qatar yang justru terinklusif di kawasan.
Independensi Qatar didasarkan pada konstitusi keemiran yang disahkan lewat referendum 2003. Implementasi keindependenan konstitusi itu tecermin pada tayangan berita Aljazeera yang diterima nyaris di semua negara, dari negara berdemokrasi maju, sampai ke negeri komunis seperti Rusia, Tiongkok, dan Kuba, hingga negara-negara berkembang maupun negara dengan fanatisme tertentu dari Iran sampai Israel.
Ditinjau dari kiprah Aljazeera yang mampu menyaingi CNN dari AS itu, Qatar bisa disebut tergolong negara maju dalam komunikasi dan inklusivitas pemerintah serta masyarakatnya. Oleh karena itu, tidak kepalang kalau Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani pada 23 Mei lalu dikutip kantor berita negerinya, QNA, mengatakan Qatar memiliki hubungan baik dengan Iran dan Israel—yang ternyata membuat Arab Saudi dan sekutunya marah besar. (Kompas, 7/6/2017)
Untuk menuding Qatar mendukung gerakan teroris pun mudah karena negeri itu memang menampung tokoh-tokoh IM, sisa yang dihukum mati oleh penguasa Mesir setelah militer menggulingkan pemerintahan IM yang menang pemilu dengan Presiden Muhammad Mursi pada 3 Juli 2013. Bahkan, tokoh ulama IM asal Mesir, Sheikh Yusuf Qardhawi, diberi kewarganegaraan Qatar. Hamas juga, adik IM di Palestina, juga punya markas di Qatar.
Atas semua langkah Arab Saudi dan sekutunya mengisolasi negerinya, Emir Qatar hingga Rabu masih membisu, menunda rencana pidato di Aljazeera mengikuti saran Emir Kuwait yang memintanya diam agar tidak memperkeruh. Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah, Selasa (6/6/2017), terbang ke Arab Saudi untuk mencari penyelesaian krisis diplomatik Qatar dengan Arab Saudi itu. (Kompas.com, 7/6/2017)
Kantor berita Kuwait, KUNA, melaporkan Emir al-Sabah bertolak menuju Jeddah bersama delegasi pejabat senior, termasuk menlu dan menteri penerangan. Penguasa Kuwait memainkan peran penting dalam memediasi sengketa diplomatik pada 2014 antara Arab Saudi, Qatar, dan beberapa negara Teluk.
Namun, apakah kali ini akan semudah yang lalu, karena Presiden AS Donald Trump mengaku berperan dalam pengucilan Qatar? ***

0 komentar: