PUASA Ramadan sebulan penuh. Salat tarawih berjemaah di masjid juga. Segala jenis zakat dilunasi. Idulfitri salat id, bersilaturahmi dengan tetangga, kerabat, sejawat kerja dan profesi baik langsung maupun lewat seluler. Apakah dengan itu bisa mengklaim diri sebagai pribadi muslim yang utuh atau kafah?
Wakil Ketua Muhammadiyah Provinsi Lampung Syarief Makhya dalam kultumnya di Masjid Ulul Albaab Ramadan lalu mengatakan ada empat dimensi pengukur diri sebagai pribadi muslim yang utuh, yakni akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah keduniawian.
Akidah berdasar hadis sahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari Sahabat Umar bin Khattab adalah keyakinan terhadap rukun iman, yakni keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta takdir baik dan buruk.
Dalam konstruksi keberagamaan pribadi seseorang, kedudukan akidah merupakan fondasinya. Sedang ibadah, akhlak, dan muamalah merupakan bangunan di atasnya. Kalau fondasinya kokoh, bangunan di atasnya dikerjakan sesuai besteknya, tentu bangunannya baik dan indah.
Untuk mengukur akidah, selain keikhlasan dalam berserah diri sepenuhnya pada Allah, juga selalu mengingat Dia dengan menjalankan segala suruh-Nya dan menjauhi larangan-Nya, termasuk yang terangkai ibadah dan akhlak dalam ajaran Alquran dan hadis, serta keteladanan Rasulullah Muhammad saw.
Pelanggaran terhadap akidah adalah melakukan segala bentuk perbuatan syirik. Baik itu syirik mempersekutukan Allah dengan selain Dia maupun syirik melangkahi kewenangan-Nya seperti percaya pada peramal nasib, padahal takdir baik dan buruk semata ketentuan Allah.
Ibadah bukan semata menjalankan kewajiban yang disyariatkan, melainkan pengamalan yang sesuai diajarkan Alquran dan hadis serta yang dicontohkan Rasulullah saw. Dan, itu mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridai Allah swt, secara lahir dan batin, sebagai wujud ketundukan dan kecintaan tertinggi hamba kepada Sang Khalik Maha Pencipta.
Jadi, selain salat, puasa, zakat, haji, dan ibadah yang lahiriah lainnya, ibadah zikir qalbiyah dari tasbih, tahlil, takbir, tahmid, dan lainnya tak terpisahkan sebagai upaya mendekatkan diri pada Allah untuk menggapai rida-Nya.
Dengan menyelaraskan perilaku pada akidah dan ibadah sebagai sumber etika dan moralitas, akhlak yang terbaik (karimah) mengaktual. Diiringi muamalah, giat memperjuangkan kemaslahatan sesama, masyarakat, dan semesta.
Sudahkah diri Anda kini seutuh itu? ***
Akidah berdasar hadis sahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari Sahabat Umar bin Khattab adalah keyakinan terhadap rukun iman, yakni keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta takdir baik dan buruk.
Dalam konstruksi keberagamaan pribadi seseorang, kedudukan akidah merupakan fondasinya. Sedang ibadah, akhlak, dan muamalah merupakan bangunan di atasnya. Kalau fondasinya kokoh, bangunan di atasnya dikerjakan sesuai besteknya, tentu bangunannya baik dan indah.
Untuk mengukur akidah, selain keikhlasan dalam berserah diri sepenuhnya pada Allah, juga selalu mengingat Dia dengan menjalankan segala suruh-Nya dan menjauhi larangan-Nya, termasuk yang terangkai ibadah dan akhlak dalam ajaran Alquran dan hadis, serta keteladanan Rasulullah Muhammad saw.
Pelanggaran terhadap akidah adalah melakukan segala bentuk perbuatan syirik. Baik itu syirik mempersekutukan Allah dengan selain Dia maupun syirik melangkahi kewenangan-Nya seperti percaya pada peramal nasib, padahal takdir baik dan buruk semata ketentuan Allah.
Ibadah bukan semata menjalankan kewajiban yang disyariatkan, melainkan pengamalan yang sesuai diajarkan Alquran dan hadis serta yang dicontohkan Rasulullah saw. Dan, itu mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridai Allah swt, secara lahir dan batin, sebagai wujud ketundukan dan kecintaan tertinggi hamba kepada Sang Khalik Maha Pencipta.
Jadi, selain salat, puasa, zakat, haji, dan ibadah yang lahiriah lainnya, ibadah zikir qalbiyah dari tasbih, tahlil, takbir, tahmid, dan lainnya tak terpisahkan sebagai upaya mendekatkan diri pada Allah untuk menggapai rida-Nya.
Dengan menyelaraskan perilaku pada akidah dan ibadah sebagai sumber etika dan moralitas, akhlak yang terbaik (karimah) mengaktual. Diiringi muamalah, giat memperjuangkan kemaslahatan sesama, masyarakat, dan semesta.
Sudahkah diri Anda kini seutuh itu? ***
0 komentar:
Posting Komentar