Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pilpres (2): Salus Populi Suprema Lex!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Kamis 12-11-2020
Pilpres (2): Salus Populi Suprema Lex!
H. Bambang Eka Wijaya

PRINSIP Salus populi suprema lex esto, atau keselamatan rakyat hukum tertinggi, menjadi prioritas Pilpres AS 2020. Itu terkait pandemi Covid-19 yang memuncak saat Pilpres. Untuk menghindari klaster Pilpres, votes dilakukan lewat pos: tapi dituding Trump, ilegal!
Sebenarnya, pemilu dini lewat pos (mail  votes) bukan hal baru dalam pilpres AS. Pada 2016, ketika Trump terpilih, ada 47 juta pemilih dini lewat pos. Waktu itu Hillary Clinton yang kalah tidak ribut. Beda ketika Trump kalah, surat suara mail votes dituding ilegal!
Menurut US Election Project, sampai 31 Oktober 2020 waktu setempat lebih dari 80 juta surat suara pemilu dini telah masuk, sebanyak 65,2 juta lewat pos. Angka tersebut 58% lebih besar dibanding pencapaian pada pemilu dini 2016, sebanyak 47 juta surat suara. 
Jumlah popular votes yang memilih Trump dalam Pilpres 2016 sebanyak 63 juta, sedang Hillari Clinton mendapat 59,5 juta. Sementara dalam Pilpres 2020, Joe Biden mendapatkan popular votes 74 juta, dan Trump mendapat 70 juta, lebih besar dari saat dia menang 2016. Mungkin ini membuat Trump penasaaran, meraih suara lebih banyak dari sebelumnya tapi malah kalah.
Pangkal masalah, pada hari pemilihan (3/11) sejumlah negara bagian sudah selesai menghitung suara hasil pemilu dini, seperti Florida dan North Carolina, sedangkan di sejumlah lainnya seperti Michigan, Wisconsin, dan Pensylvania belum dihitung sebelum hari pemilu.
Pasalnya, setiap negara bagian punya aturan masing-masing, sesuai ketentuan legislatifnya. Tapi justru ini yang dijadikan celah Trump untuk menyebut terjadinya kecurangan, dan minta suara tersebut dibatalkan, dianggap ilegal.
Ironisnya, negara-negara bagian yang melarang menghitung sebelum hari pemilu itu, legislatifnya dikuasai Partai Republik, pendukung Trump.
Prioritas pada pengamanan terhadap pandemi dalam Pilpres disepelekan kubu Trump, yang pemerintahannya memang cenderung cuek pada besarnya korban pandemi. Babkan Trump pribadi menyalahkan dokter yang kewalahan menangani pandemi dengan menyebutnya disaster (bencana).
Sikap Trump itu membuat rakyat marah dan memilih Demokrat, untuk segera keluar dari pandemi yang mematikan.
AS jadi tempat jumlah terbesar dunia korban Covid-19. Pada Minggu 8 November 2020, jumlah kasus infeksi baru 107.641, hingga total keseluruhannya mencapai 10.166.227 (lebih sepuluh juta) kasus, dengan total kematian Covid-19 selama 8 bulan 243.186 orang: sehari 1.000 orang meninggal. ***

0 komentar: