Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Trump Tumbang, Harga CPO Bangkit!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 16-11-2020
Trump Tumbang, Harga CPO Bangkit!
H. Bambang Eka Wijaya

HASIL pemilihan presiden AS yang menumbangkan Donald Trump dari kursi kepresidenan, langsung membangkitkan harga CPO (minyak sawit mentah) yang rontok sejak Trump menyulut perang dagang global.
Dengan jatuhnya Trump, pasar berasumsi perang dagang telah berakhir, dan ekonomi segera kembali normal. Pasar yakin, pengganti Trump, Joe Biden akan melakukan normalisasi perekonomian global, menyembuhkan babak belur akibat keranjingan kekuasaan Trump.
Untuk itu, harga CPO di pasar derivatif Malaysia Selasa (10/11) untuk penyerahan Januari 2021 melonjak ke harga tertinggi selama delapan tahun terakhir, yakni ke RM3.238/ton, atau dengan kurs RM hari itu 4,13/dolar AS, setara 784 dolar AS per ton.
Lonjakan tersebut naik 5,6% dari pekan sebelumnya, sehingga mencapai level tertinggi sejak Mei 2012.
Sementara itu, berdasarkan poling Reuters dicatat, stok minyak sawit di Malaysia, produssn terbesar kedua dunia setelah Indonesia, diperkirakan turun 9,8% (mom) di bulan Oktober menjadi 1,56 juta ton atau terendah sejak Juni 2017 setelah kenaikan marjinal dalam dua bulan terakhir.
Sedangkan untuk produksi minyak sawit kemungkinan turun 5,6% (mom) ke terendah dalam lima bulan menjadi 1,77 juta ton, sementara ekspor diperkirakan naik 5,5% ke level tertinggi tiga bulan menjadi 1,7 juta ton. (CNBC-Indonesia, 10/11/2020)
Peningkatan harga CPO itu mendapat respon di dalam negeri, hingga harga TBS sawit rakyat di Riau per 11-17 November 2020 ditetapkan naik Rp15,69/kg, menjadi Rp2.130/kg. (InfoSawit, 11/11/2020).
Namun demikian, untuk produk CPO Indonesia masih dibayangi masalah, baik terkait biodiesel yang harga BBM jadi lebih murah di tengah harga CPO yang tinggi, serta masalah yang baru muncul, kembali dilakukan lockdown di sejumlah negara Eropa akibat gelombang kedua Covid-19.
Konsumsi biodiesel di Tanah Air sampai September hanya 6 juta kl, dari target 9,6 juta kl. Fitch Rating bahkan menyarankan pemerintah Indonesia menunda dulu ambisinya untuk mendorong konsumsi biodiesel saat harga solar biasa jauh lebih murah dari CPO. Dana subsidi untuk itu dari hasil pungutan ekspor CPO juga diperkirakan hanya cukup untuk 8 juta kl, dari target 2020 sebanyak 9,6 juta kl. Itu akibat terjadinya jeda pungutan selama fluktuasi harga CPO di masa pandemi.
Ada indikasi kuat target konsumsi biodiesel RI (B30) tahun ini tak tercapai. Demikian pula prospek permintaan biodiesel 2021, dengan peningkatan menjadi B100, mungkin kurang mulus. ***





0 komentar: