Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 09-11-2020
Waspadai Efek Domino Resesi!
H. Bambang Eka Wijaya
BADAN Pusat Statistik merilis pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49%. Dengan itu ekonomi Indonesia resmi masuk resesi karena dua kuartal berturut-turut tumbuh negatif, kuartal II-2020 minus 5,32%.
Kepala BPS Suhariyanto dalam rilisnya mengatakan, pengeluaran secara tahunan (yoy) memperlihatkan semua komponen mengalami kontraksi. Konsumsi rumah tangga mencatatkan penurunan paling dalam.
Dari keterangan Kepala BPS bahwa semua komponen mengalami kontraksi, bandingkan dengan kondisi tubuh kita ketika semua organ (komponen) 'terkontraksi' terasa ngeres (meriang): kepala pusing, perut mules, sesak napas, jantung nyeri, tubuh panas dan gemetar.
Demikian kondisi ekonomi ketika resesi, semua komponen terkontraksi. Ketika kondisi semua komponen terkontraksi itu, kerawanan bisa fatal dengan efek domino: tumbang salah satu komponen akan menjatuhkan secara beruntun komponen-komponen lainnya.
Dalam hal ini yang amat rawan efek domino kontraksinya adalah yang paling dalam kontraksinya: konsumsi rumah tangga. Dirangkai situasi pandemi virus korona yang membatasi gerak manusianya untuk memenuhi kebutuhan hidup, daya beli masyarakat pun langsung merosot..
Tumbangnya daya beli masyarakat berakibat menurunkan permintaan akan barang dan jasa. Hal ini pada gilirannya berpengaruh pada nyaris semua sektor kehidupan.
Dimulai dari sektor pertanian dengan permintaan hasil pertanian yang turun, harganya juga turun. Daya beli petani terseret ikut menurun.
Juga permintaan produk industrial menurun, produksi menurun, pendapatan perusahaan merosot, akhirnya rugi, tak bisa bertahan. Terpaksa merumahkan pekerja. Bisa lebih parah, perusahaan bangkrut.
Pengangguran bertambah. Daya beli kian ambles, deflasi terus menguat. Sektor keuangan terimbas. Jangankan mengharapkan penghasilan rente, kredit yang ada banyak yang macet karena perusahaan peminjam gulung tikar.
Ketika sektor keuangan gerimbas akibat perusahaam banyak bangkrut, giliran investasi terkontraksi. Boro-boro investasi, membuka udsaha baru atau pengembangan, usaha yang sudah ada saja sulit dipertahankan.
Ternyata, dengan investasi sudah terkontraksi minus 6% menurut Presiden Jokowi, rupanya efek domino resesi sudah menggelinding jauh. Bisa jadi kita yang terlambat menyadari.
Karena itu, ibarat tubuh yang semua komponennya terkontraksi, ekonomi harus berobat. Ke dokter. Dokternya, IMF, bilang: ekonomi global terkontraksi lebih parah, minus 4,4%. Oh, nasib. ***
0 komentar:
Posting Komentar