Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kematian Covid Anak RI Tertinggi Dunia!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Kamis 24-06-2021
Kematian Covid Anak RI Tertinggi Dunia!
H. Bambang Eka Wijaya

BERDASARKAN data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tingkat kasus kematian (case fatality rate) Covid anak di Indonesia 3-5%, tertinggi di dunia. Itu bersumber dari data nasional anak usia 0-18 tahun yang merupakan 12,5% dari total kasus Covid-19.
Ketua IDAI Aman B Pulungan mengungkap hal itu dalam konferensi pers virtual akhir pekan lalu. 
"Jadi kematian anak kita yang paling banyak di dunia. Jadi bisa dibayangkan 'kan? Satu dari delapan yang kena covid itu anak dan meninggal 3-5%. Ini bervariasi tiap minggu," ujar Aman. (Kumparan, 28/6/2021)
Ia menambahkan, 50% dari kematian anak itu balita. Salah satu penyebab tingginya tingkat kematian covid pada anak, karena tidak tersedianya ruang ICU khusus buat anak di semua RS rujukan covid.
"Saya bisa katakan anak berbeda karena sampai saat ini ICU khusud anak tidak tersedia di sebagian besar RS. Apalagj saat ini SDM juga sedang menurun termasuk dokter dan perawat, serta obat-obatan yang khusus terbatas. Jadi kita bisa kolaps," ujarnya.
Oleh karena itu, IDAI mengimbau semua kegiatan yang melibatkan anak usia 0-18 tahun saat inu diselenggarakan secara daring. Orang tua atau pengasuh harus mendampingi anak saat beraktivitas daring maupun luring.
Jadilah orang tua saat pandemi. Dampingi anak-anak kita. Hindari membawa anak keluar rumah. Kecuali mendesak, saran Aman.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Muhammad Faqih mengatakan, varian delta virus corona yang kini sudah menyebar di Indonesia lebih membahayakan bagi masyarakat.
Virus mutasi ganda asak India itu banyak menular kepada individu berusia muda.
"Untuk varian delta, selain lebih cepat menular, juga lebih berbahaya. Mulanya menimbulkan gejala ringan, tapi pemburukannya menjadi lebih cepat. Jadi sesak nafas, pegal-pegal, dan sebagainya lalu lebih cepat memburuk," kata Daeng dalam diskusi virtual, Sabtu. (Kompas.com, 19/6/2021)
"Varian delta ini justru sekarang banyak menularkan ke yang masih muda-muda. Lalu langsung (ke fasilitas kesehatan) dalam kondisi yang berat," lanjutnya.
Menurut Daeng, kondisi ini bisa jadi disebabkan individu yang berusia muda sering nengesampingkan gejala-gejala penyakit yang bersifat ringan. Padahal, dengan adanya mutasi varian delta perburukan cenderung labih cepat.
"Sehingga, masyarakat usia muda yang datang banyak langsung dengan gejala berat. Ini yang kita khawatirkan. Jika demikian kondisinya, potensi kesemhuhan makin kecil," tegas Daeng. ***







0 komentar: