Artikel Halaman 12, Lampung Post Selasa 08-06-2021
Korupsi Kini Lebih Gila dari Orde Baru!
H. Bambang Eka Wijaya
MENKO Polhukam Mahfud MD mengatakan korupsi yang terjadi saat ini jauh lebih buruk jika dibandingkan masa Orde Baru. Hal itu menurut dia bukan merujuk kepada jumlah korupsinya, melainkan kondisi korupsi yang semakin meluas.
"Korupsi sekarang semakin meluas. Lebih meluas dari zaman Orde Baru. Saya katakan saya tidak akan meralat pernyataan itu. Kenyataannya saja, sekarang, hari ini korupsi itu jauh lebih gila dari zaman Orde Baru. Saya tidak katakan semakin besar atau apa jumlahnya. Tapi meluas," ujar Mahfud dalam dialog dengan Rektor UGM dan pimpinan PTN/PTS seluruh Yogyakarta dikutip Kompas.com dari tayangan YouTube UGM, Sabtu (5/6/2021).
Mahfud menjelaskan, pada masa Orde Baru, pemerintahan Presiden Soeharto sarat dengan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Kondisi tersebut terjadi sangat masif. Namun, Mahfud menggarisbawahi bahwa pada saat itu tidak ada anggota DPR, pejabat, maupun aparat penegak hukum yang melakukan korupsi.
"Bapak ingat tidak dulu, tidak ada korupsi dilakukan oleh DPR, hakim tidak berani korupsi, gubernur, pemda, bupati tidak berani," ujar Mahfud.
"Dulu korupsinya terkoordinasi. Di dalam disertasi saya pads 1993 (mengungkap) pemerintah membangun jaringan korporatisme sehingga semua institusi dibuat orgajisasi," jelasnya.
Dalam organisasi itu nantinya dibagi siapa yang menjadi pimpinan lalu memperoleh proyek dan sebagainya.
Dari kondisi itu, kata Mshfud, dapat disimpulkan, korupsi di mass Orde Baru dilakukan secara terkoordinasi.
Kondidi itu menurut dia jauh berbeda dengan kondisi saat ini di maba korupsi dilakukan secara individu.
"Sekarang bapak lihat ke DPR, korupsi sendiri, MA korupsi sendiri, MK hakimnya korupsi, kepala daerah, DPRD ini semua korupsi sendiri-sendiri," jelas Mahfud.
Pandangan Mahfud ini sebenarnya pandangan lama dari dirinya sebelum menjadi menteri. Karena itu terselip penegasannya yptidak akan meralat pernyataan tersebut, karena ada yang iseng memasalahkan pernyataan itu setelah ia menjadi pejabat pemerintah.
Sebab-musabab kondisi masa kini yang lebih gila itu mungkin bisa diurut ekornya. Tapi korupsi itu terus tumbuh semakin serius, karena pemerintah utamanya para pejabat telah tenggelam dalam sloganisme, hanya nenghujanj masyarakat dengan slogan-slogan kosong yang tak menyentuh esensi tapi malah untuk menutupi masalah.
Termasuk "demokrasi" malah menjadi mesin abuse of power yang mendorong kondisi korupsi di kalangan pemegang kekuasaan kian menggila. ***
0 komentar:
Posting Komentar