Artikel Halaman 12, Lampung Post Jumat 18-06-2021
Ledakan Kredit Macet Ancam Pemulihan!
H. Bambang Eka Wijaya
LEDAKAN kredit macet akibat masih amat rendahnya profitabilitas hingga kemampuan membayar kelompok slow starter dan growth driver menjadi sangat rendah, mengancam pemuliham ekonomi dari Covid-19.
Untuk memulihkan interest coverage ratio (ICR) atau kemsmpuan membayar, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui Otoritas Jasa Kruangan (OJK) akan melakukan intervensi ke sektor-sektor yang sulit bangkit atau slow starter. Kelompok tersebut mengalami kontraksi paling dalam terdampak Covid-19.
Demikian diungkapkan Menteru Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR dan KSSK Senin (14/6/2021).
"Kelompok slow starter yakni perdagangan, konstruksi, transportasi, dan jasa-jasa. Ini kelompok mengalami knock down effect yang sangat dalam karena covid, korelasinya negatif. Ketika covid naik mereka turun, ketika covid turun mereka pulih tapi slow. Nah ini jadinya tidak simetris," ujar Sri Mulyani. (CNBC-Indonesia, 14/6/2021)
Sri Mulyani pakai istilah tinju efek setelah terpukul knock down, terjatuh dan dihitung wasit sampai habis hitungan tidak bangkit juga. Jadi intervensi yang dilakukan KSSK mirip dengan mengangkat petinju dengan ambulans.
Sementara sektor ekonomi yang menjadi growth driver berasal dari sektor manufaktur. Meskipun terpukul, sektor tersebut saat ini sudah mulai tumbuh. Return of asset-nya pun sudah mulai pulih, tercermin pada kuartal I-2021 sudah menyentuh 3,67%.
Kendati demikian, profitabilitas baik kelompok slow starter maupun growth driver masih sangat rendah.
"Kemampuan membayar kelompok resilience berada di atas threshold 1,5, sementara kelompok slow starter dan growth driver di bawah threshold atau rendah," jelas Sri.
Hal itu akan membuat intetest coverage ratio (ICR) atau kemampuan membayar, baik itu bagi kelompok slow starter maupun growth driver perlu diintervensi oleh OJK.
"ICR atau kemampuan untuk membayar pinjaman. Ini persoalan di OJK, untuk memberkan pinjaman. Untuk sektor yang semakin terpukul makin tidak mau (bayar), ini perlu kita intervensi," ujarnya.
"Kalau yang terpukul pulih dan langsung dapat kredit baru. Tapi yang terpukul dan tidak pulih, bank akan menghindari untuk memberi pinjaman di sektor ini. Ini tantangan pemilihan ekonomi dan kami akan terus membahasnya di KSSK," jelas Sri Mulyani.
Selain itu, Sri Mulyani menyatakan pengendalian jumlah kasus Covid-19 menjadi kunci pemulihan ekonomi, agar pemerintah tidak perlu menerapakan pembatasan sosial lagi. ***
0 komentar:
Posting Komentar