Artikel Halaman 12, Lampung Post Rabu 99-06-2021
Momentum Akselerasi PEN, Tangkaplah!
H. Bambang Eka Wijaya
KEBANGKITAN kembali ekonomi global sudah memberikan isyarat jelas dengan meroketnya permintaan pasar pada produksi manufaktur yang tercermin lewat purchasing managers index (PMI) gobal hingga pada level 56.
Meski karena faktor keberuntungan, PMI manufaktur Indonesia pada April dan Mei 2021 terkatrol pada level 54,6 dan 55,3.
Sehingga bagaimana faktor keberuntungan itu bisa dilembagakan sebagai landasan pacu mengejar momentum akselerasi pemulihan ekonomi nasional (PEN), sebagai tantangan yang harus dimenangkan, agar momentum itu bisa tertangkap dan tak lepas lagi.
PMI manufaktur Indonesia April dan Mei 2021 disebut sebagsi faktor keberuntungan, karena industri manufaktur Indonesia sepanjang dua dekade berada dalam kondisi deindustrialisasi prematur, dengan titik nadirnya pada April 2020 saat PMI manufaktur Indonesia pada level 27,5, terendah sepanjang sejarah.
Pandemi Cobid-19 memutar-balikkan perekonomian global, pada akhirnya memberi kesempatan emas kepada manufaktur Indonesia dengan permintaan yang tinggi. Faktor kebetulan itu datang ketika negara pesaing utama Indonesia dalam rantai pemasokan manufaktur global, utananya India, Singapura dan Malaysia, ekonominya lockdown.
Maka tangkaplah peluang itu dengan kesiapan komprehensif semua sisinya. Pertama akselerasi vaksinasi Cobid-19, salah satu keunggulan Indonesia dalam pengendalian virus corona. Pelambatan vaksinasi hingga menimbulkan ledakan kasus seperti di Riau dan Kudus, bisa mengganggu peraihan peluang.
Kedua, peningkatan kondusifitas kinerja sektor industrial, sehingga lebih terjamin kapasitasnya memenuhi permintaan yang bakal terus meningkat.
Kondusifitas sektor industrial tergantung pada dua hal. Satu, ketenangan situasi sosial-politik sehingga produktivitas buruh bisa optimal.
Dua, dukungan pertumbuhan ekonomi domestik dengan keefektifan sumber daya penggerak ekonomi dan konsumsi masyarakat, utamanya lewat serapan anggaran kementerian, lembaga dan daerah yang optimal. Kelambatan gerak dan apalagi kegoncangan ekonomi masyarakat, bisa berakibat fatal pada sektor industrial.
Salah satu faktor kebetulan pada PMI manufaktur April dan Mei karena rendahnya kegaduhan dengan penggerakan massa, utananya buruh, pada priode tersebut. Lalu bandingkan dengan masifnya gerakan massa sepanjang kuartal akhir 2019 sampai selama pandemi Covid-19 2020, ketika PMI manufaktur anjlok terendah sepanjang sejarah.
Pemaksaan politik bisa nenghancurkan industri. ***
0 komentar:
Posting Komentar