Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Budaya Demokrasi yang Dinamis!

"SELAMAT! Jagoanmu, pasangan SBY-Boediono, menang!" seru Temin. "Hasil quick count Metro TV memastikan itu dengan perolehan suara SBY-Boediono 58,51%, disusul Mega-Pro 26,32%, dan JK-Win 15,18%. Juga, SBY-Boediono unggul di 25 provinsi, syarat pemilu selesai satu putaran!"

"Resminya masih menunggu perhitungan KPU!" sambut Temon. "Puji syukur kita, pemilu presiden berjalan lancar, aman dan damai di seluruh Tanah Air! Jika ada insiden kecil dalam pelaksanaannya di sana-sini, tak cukup berarti untuk mengurangi sukses pemilu! Tanpa kecuali, masa persiapannya penuh dinamika terkait kisruh nama ganda di DPT yang tak selesai sampai hari pencontengan!"

"Semua kekurangan dalam pelaksanaan pemilu itu kita jadikan pelajaran, untuk diperbaiki pada pemilu berikutnya!" tegas Temin. "Sedang pemilu damai yang berhasil diciptakan segenap elemen bangsa itu kita lembagakan sebagai budaya demokrasi yang dinamis! Suatu budaya di mana persaingan kepentingan masa kampanye selesai dengan diperolehnya pemenang pemilu, kembali menjadi satu keluarga bangsa yang mendukung sepenuhnya pemerintahan baru hasil pemilu! Sesuai peribahasa nenek moyang kita, biduk lalu kiambang bertaut! Kiambang itu gelombang air yang terbelah oleh haluan perahu!"

"Itu yang kita harapkan! Meski begitu, dukungan dimaksud dalam budaya demokrasi yang dinamis--sebagai proses membangun peradaban--masih perlu dipahami lebih jauh lagi!" timpal Temon. "Terutama kedinamisan luar-dalam yang terkesan masih asing! Dinamika internal (ke dalam) pada poros-poros kekuasaan di negeri ini cenderung direspons sebagai pengkhianatan, lalu dipecat atau PAW! Padahal internal kontrol, mengoreksi segala kelemahan dan kekurangan dalam suatu tubuh organisasi, amat diperlukan untuk tumbuh lebih sehat dan lebih sempurna! Sama halnya kontrol dari luar, langsung direspons sebagai musuh! Padahal, koreksi dari luar dan dalam itu bertujuan memperbaiki kekurangan dan kesalahan, hingga prosesnya mendorong untuk lebih sempurna bagi terciptanya peradaban demokrasi lebih maju!"


"Untung kau yang jagonya menang menyatakan itu!" tegas Temin. "Budaya demokrasi kita jelas masih perlu pengembangan dalam akomodasinya terhadap dinamika internal dan eksternal, guna terus meningkatkan kualitas secara esensial pengelolaan negara-bangsa! Jika internal kontrol dieliminasi, eksternal kontrol dinafikan, bisa terjadi political decay--pembusukan politik!"
"Dalam pembusukan politik, demokrasi tinggal formalitas! Sedang prosesnya dalam poros-poros kekuasaan cuma praktek otoriter!" timpal Temon. "Karena itu, budaya politik yang tidak dinamis bisa menjurus ke status quo, baik secara integral maupun terbatas pada poros-poros kekuasaan--praktek politik yang bertentangan dengan peradaban demokrasi sejatinya!" ***

0 komentar: