"NASIB bangsa ke depan ditentukan oleh pilihan kita hari ini!" ujar Umar "Pengalaman empat dekade bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan, hasilnya hanya lebih dinikmati 20% warga kelas atas, dengan ketimpangan pendapatan menajam lebih dua kali lipat, dari Rasio Gini 0,18 pada 1971 menjadi 0,37 pada 2007." (Buras, 21-6-2009)
"Ketimpangan itu menajam secara drastis justru pada era reformasi, dari Rasio Gini 0,24 pada 1997 menjadi 0,37 pada 2007!" sambut Amir. "Secara absolut penajaman ketimpangan itu terlihat pada distribusi kue nasional (PDB), 40% penduduk berpendapatan rendah pada 2002 mendapat bagian 20,82%, pada 2007 turun menjadi 19,1%. Lalu 40 persen kelompok menengah pada periode sama merosot dari 38,89% menjadi 36,11%. Di lain pihak, 20% warga kelas atas naik dari 42,2% jadi 44,8%. Gejala itu jelas harus dihentikan, karena Rasio Gini tersebut makin mendekati angka 0,5, kondisi terburuk realitas sosial-kemanusiaan!"
"Maka itu, kepada setiap warga yang memiliki hak pilih, jangan sia-siakan hak pilihnya! Ramai-ramai ke TPS, tentukan masa depan bangsa, agar nasib anak-cucu kelak tidak lebih buruk dari mayoritas warga bangsa dewasa ini!" tegas Umar. "Jangan terpengaruh ikut golput, karena pilihan menjadi golput itu amat buruk akibatnya bagi tanggung jawab pribadi setiap warga terhadap nasib anak-cucu! Artinya, dengan menjadi golput itu sengaja menyerahkan masa depan anak-cucu pada orang lain yang belum tentu melakukan pilihan dengan akal sehat!"
"Dengan empat dekade pembangunan nasional hanya semakin membenamkan warga lapisan bawah pada kedalaman kemiskinan lebih dua kali lipat itu, menurut akal sehat, diperlukan model atau paradigma baru pembangunan!" timpal Amir. "Paradigma baru itu mungkin bisa dicari dari tawaran para capres dan cawapres selama kampanye! Tawaran mana yang paling diyakini mampu menghentikan laju penerjunan ke jurang Rasio Gini 0,5 satu dekade ke depan, itulah pilihan paling tepat untuk menyelamatkan anak-cucu dari kondisi terburuk pada zamannya kelak!"
"Namun, pasangan capres-cawapres mana yang paling mumpuni membawa bangsa menghindari jurang itu, sepenuhnya tergantung pada penilaian masing-masing!" tegas Umar. "Terpenting tidak golput, tetapkan pilihan dengan akal sehat dan doa, semoga Allah meridai pilihan bangsa!" ***
0 komentar:
Posting Komentar