"INI hari terakhir para calon presiden (capres) kampanye!" ujar Umar. "Mulai besok selama tiga hari, pada masa tenang, kita putar ulang semua memori tentang ketiga capres dan cawapres baik penampilan dan janjinya selama kampanye, maupun track record mereka satu per satu untuk membulatkan hati saat memilih di hari 'H', 8 Juli!""Pada dasarnya semua capres baik, bisa diberi nilai minimal delapan!" sambut Amir. "Dari renungan masa tenang diharapkan menemukan nilai tambahan, untuk bisa diberi nilai lebih baik atau sembilan!
Setelah itu putar kembali memori untuk mencari yang terbaik, nilai 10!""Nilai 10 atau sempurna cuma milik Tuhan!" tegas Umar. "Manusia selalu punya
kekurangan, hingga nilai terbaik bagi manusia mungkin cuma 9,9! Atau, kalau yang lain cuma bisa dapat sembilan, nilai 9,1 juga sudah jadi yang terbaik!""Menurutmu siapa yang terbaik?" tanya Umar."Tergantung dari sisi mana memandangnya!" jawab Amir. "Dari sisi kesetaraan gender, tentu orang bisa menyatakan Mega yang terbaik! Dari sisi prajurit kesatria yang pintar, tentu SBY yang terbaik! Jika dilihat dari sisi pengusaha ulet yang banyak akal, JK pula yang terbaik!
Maka itu, serahkan saja pada masing-masing orang menentukan pilihan mana yang terbaik sesuai persepsi nilai yang dominan pada dirinya!""Model pilihan seperti itu cuma berlaku pada kalangan independen!" timpal Umar. "Dan orang independen mungkin minoritas!
Sedang mayoritas lainnya, justru partisan yang kebanyakan cuma ikut pilihan pemimpin partainya! Kaum partisan yang mayoritas itu sebagian besar menapikan penilaian pribadi, manut grubyuk lazimnya massa, pejah-gesang nderek hidup-mati ikut--pilihan pimpinan partainya!""Fanatisme seperti itu memang ada pada massa partisan negeri ini!" tegas Amir.
0 komentar:
Posting Komentar