Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Menu Tambahan Gudeg dan Cubadak!

KALI pertama ke restoran hidangan nusantara, Edo sok tahu membaca menu dan menulis pesanan ketika Edi ke toilet. "Kau doyan gudeg, kan?" ia tanya Edo begitu Edi muncul. "Kalau tak doyan terlalu, aku saja bukan orang Jawa kangen!"
"Selain gudeg kau tadi pesan apa saja?" tanya Edi.

"Ini ada kutandai di daftar menunya!" sambut Edo. "Selain gudeg, juga kupesan gulai cubadak, jangan tewel, dan sayur gori!"
"Stop!" entak Edi. "Bawa kembali pesanan kami!"
"Kenapa?" sela Edo kecewa. "Kau tak pernah mau mencoba selera pilihanku, sekali saja pun!"
"Sebab yang kau pesan itu sejenis, semua dari nangka muda! Cuma namanya yang beda sesuai daerah asal menunya!" tegas Edi. "Gulai cubadak itu sama dengan jangan tewel alias sayur gori! Itu masakan Minang, di sana namanya cubadak! Kau satukan pula dengan gudeg!"

"Kupikir tadi sejenis gulai cula badak!" timpal Edo. "Tapi pesanan biarkan saja, meski sama-sama nangka muda, lain olahan pasti lain pula rasanya! Tambah saja ayam atau ikan goreng!"
"Oke!" sambut Edi. "Pelayan, tambah satu porsi ayam goreng! Ternyata, tambahan menu menjadi ide yang bagus!"
"Kenapa tambahan menu ide bagus?" kejar Edo.
"Soalnya gonta-ganti presiden pun bagi rakyat kebanyakan sama saja dengan makan gudeg ganti gulai cubadak, ganti jangan tewel dan sayur gori, yang dirasakan rakyat pada dasarnya tetap begitu-begitu juga!" jawab Edi. "Maka itu, kalau bakal begitu-begitu juga, ngapain susah-susah ganti presiden? Lebih baik yang sudah ada! Mungkin akan lebih baik bagi rakyat, selain olahan begitu-begitu terus, ada menu tambahan!"
"Jadi kau berharap agar presiden yang terpilih kembali memberi hidangan menu tambahan ayam goreng buat rakyat?" timpal Edo.

"Betul!" tegas Edi. "Jangan seperti Pak Harto, enam kali terpilih kembali jadi presiden, menu sajiannya dari gudeg ke gudeg terus! Lama-lama rakyat jadi bosan juga!"
"Ayam goreng kalasan, ya!" teriak Edo ke pelayan.
"Itu yang diinginkan rakyat!" sambut Edi. "Juga merupakan janji kampanye presiden yang terpilih kembali, mengurangi sajian-sajian berbau asing--dalam menangkis julukan diri dan pasangannya sebagai promotor neolib!"


"Menu tambahan itu sebaiknya dijadikan sajian pembuka masa dinas keduanya nanti, sekaligus diutarakan pada Pidato Kenegaraan 16 Agustus!" tegas Edo. "Dengan begitu rakyat kebanyakan mendapat suatu hidangan ekstra selain gudeg, cubadak, jangan tewel dan sayur gori yang disantapnya dari zaman ke zaman!"
"Rakyat kebanyakan tak terlalu berharap macam-macam! Mengingat janji pada mereka pun tidak!" timpal Edi. "Karena, meski menu tambahan selalu dijanjikan, bisa menyantap tiwul dengan sayur gori saja sudah syukur!" ***

0 komentar: