Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Cicak Berani Melawan Buaya!

"SEBAGAI reaksi atas diulur-ulurnya koreksi UU Tipikor yang menguntungkan koruptor, serta terancamnya personel Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dijadikan tersangka penyadapan terhadap seorang pejabat yang dicurigai terlibat kasus korupsi, tokoh-tokoh nasional antikorupsi bersama kelompok musik Slank mendeklarasikan gerakan Cicak--Cinta Indonesia cinta KPK--di Tugu Proklamasi, Jakarta!" ujar Umar.

"Deklarasi itu dilakukan dengan membentangkan logo bulat bergambar cicak dan buaya, dilingkari tulisan 'Saya cicak, berani lawan buaya!'"
"Kayaknya ada latar belakang sehingga koruptor digambarkan sebagai buaya dan KPK cuma cicak!" sambut Amir. "Sebab cukup aneh kalau KPK yang oleh konstitusi dibentuk sebagai superbody malah diidentifikasi sebagai cicak, sedangkan koruptor sebagai pesakitan dilambangkan dengan buaya! Dikotomi terbalik yang antilogis itu cenderung ditonjolkan sebagai sinisme, ketika para pejuang antikorupsi berusaha menyelamatkan personel KPK dari dijadikan tersangka kasus penyadapan!"

"Pokoknya deklarasi itu menamengi dari segala hal terkait gejala yang arahnya memperlemah KPK!" tegas Umar. "Dengan gejala yang cenderung dijalankan bukan secara head to head, tapi main samping dengan berbagai modus dan selubung, pilihan paling tepat menghadapinya jelas dengan gerakan yang tidak frontal, tapi lewat cara-cara seperti ditempuh cicak--dari tempat terlindung pun bisa menangkap mangsa di tempat terbuka!"
"Tapi cicak melawan buaya?" potong Amir.
"Dalam budaya Jawa, terutama wayang, sosok besar atau kecil tak menentukan kemampuan atau kesaktian suatu tokoh!" tegas Umar. "Sang Hiyang Wenang, atau Dewa Ruci, tampil dengan sosok kecil sekali pun! Tapi Bima yang tubuhnya sangat besar, ketika masuk ke liang telinganya, melayang di ruang yang luasnya tak bertepi!"

"Gambaran tentang tokoh kecil yang sakti begitu memang kena buat KPK!" timpal Amir. "Badan super dengan kewenangan dari konstitusi yang bebas menerobos semua lembaga negara dan pemerintahan itu organisasinya memang kecil, komisioner anggotanya tak sebanyak jari tangan yang utuh--tapi mampu menjangkau seantero Tanah Air! Itu membedakannya dengan lembaga negara atau pemerintah lain, yang organisasinya terdiri dari lebih banyak orang dengan sebaran anggota yang luas pula!"

"Cicak seperti itulah yang dideklarasikan berani melawan buaya!" tegas Umar. "Deklarasi itu selayaknya menjadi peringatan bagi buaya-buaya koruptor, tanpa kecuali yang memiliki taring dan rahang besar dan kuat! Karena, meski wujudnya hanya cicak kecil, ia adalah cicak harapan bangsa untuk menggulung habis semua buaya koruptor perusak negara secara moral maupun sosial yang menyengsarakan rakyat!" ***

1 komentar:

11 September 2009 pukul 15.16 DAMA WULAN mengatakan...

CICAK...KNAPA HARUS TAKUT MELAWAN BUAYA...?? SEBENTAR LAGI BUAYA AKAN MATI SEKARAT, KEPARAT, BANGSAT, KARNA BANGSA INDONESIA SUDAH BOSAN DENGAN BUAYA KORUPTOR,... MERDEKA, MERDEKA MERDEKA DARI KORUPSI...