Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Budaya Uang, Karakter Pasar!


"KETIKA Presiden Yudhoyono mencurahkan isi hati (curhat) di Rapim TNI-Polri gajinya tujuh tahun tak kunjung naik, tebersit implikasi budaya uang merasuki siapa saja, tak peduli Presiden atau kacung, dengan karakter pasar yang mengukur segala sesuatu dengan satuan nilai mata uang!" ujar Umar. "Jelas menyedihkan jika seorang pemimpin berharap di muka umum untuk menilai dirinya dengan satuan nilai mata uang!"

"Tapi itu kan cuma curhat!" timpal Amir.

"Meski cuma curhat!" tukas Umar. "Konteksnya kurang tepat, membandingkan gajinya dengan gaji prajurit yang dinaikkan setiap tahun! Padahal, prajurit mengabdikan jiwa-raganya secara tulus-ikhlas untuk negara, tanpa pamrih, hingga justru dikerdilkan jika pengabdian mulia itu hanya diukur dengan satuan nilai mata uang!"


"Dari situ yang perlu ditarik hikmahnya!" sambut Amir. "Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, bagai air mancur (fountain) di kolam bangsa! Jika dari air mancur itu mengalir warna tertentu, warna air seisi kolam jadi sama!"

"Bangsa kita memang sudah terputar dalam pusaran budaya uang dengan karakter pasarnya!" tegas Umar. "Dalam politik, ikut pilkada harus tahu harga kursi yang direbutnya, mulai sewa perahu, kampanye, sampai operasi fajar! Terkait hukum harus bayar pengacara! Dalam ekonomi, mau buka usaha sebelum melangkah harus lebih dulu membuat akta badan usaha, SIUP, SKITU, HO, dan lain-lain! Pokoknya uang, uang, dan uang!"

"Budaya uang dengan karakter pasarnya melucuti nilai-nilai budaya dengan sendi humanitasnya lewat rumus P4—product, price, promotion, place!" timpal Amir. "Suatu ritual budaya sakral, atau gelar seni yang indah, dipaket menjadi product, dilabeli harga (price) sekali tampil, dipromosikan agar pembeli tertarik, lalu disajikan di tempat (place) yang bukan semestinya buat ritual sejenis! Kesakralan dan nilai humanitas keindahan seni dikosongkan, diganti satuan nilai mata uang!"

"Akibat segala sesuatu diukur dengan satuan nilai mata uang, tanpa kecuali manusia bahkan oleh seseorang atas dirinya sendiri, budaya uang dengan karakter pasarnya mendegradasi harkat-martabat manusia jadi sekadar benda fungsional dengan harga sesuai supply-demand!" tegas Umar. "Sisi manusia buruh disisihkan karena secara fungsional cuma alat produksi, nilai satuan mata uang (UMK dan UMP Lampung) diri mereka cuma di bawah satu juta rupiah sebulan! Tapi jangan kira itu cuma pada buruh! Dengan determinasi budaya uang dan karakter pasar di kolam bangsa, setiap kita juga cuma satuan nilai mata uang sesuai fungsionalnya!" ***

0 komentar: