Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Regenerasi Pungli!


"PULANG ngaji jangan langsung nonton televisi sampai tertidur di sofa!" entak ibu menjewer putranya. "Ayo belajar, mengulang pelajaran hari ini agar lebih meresap ilmunya!"

"Bosan!" timpal Putra. "Pagi sekolah, sore kursus ini-itu, magrib ngaji, malam belajar lagi! Kata kawan-kawan, yang kerja keras siang-malam cuma anak buah!"

"Kau bicara apa?" sambut ibu, kaget.

"Bicara kalau besar jadi bos!" tegas Putra. "Bos tak perlu kerja keras, tak perlu sekolah! Yang penting kebal, dibacok tidak mempan! Semua anak buah setor!"

"Maksudmu bos preman yang kalian lihat di pasar atau terminal?" tukas ibu. "Sudah tak musim lagi! Awak bus antarkota Lampung sudah mogok pekan lalu, disusul kemarin awak bus Jawa Barat di Bandung! Semua itu pemanasan mogok nasional awak angkutan umum menuntut pungli dihabisi, kini sedang dibahas Rakernas Organda di Jakarta!"

"Tuntutan awak bus itu pungli oleh petugas!" timpal Putra.


"Tapi sopir angkot Sukaraja—Tanjungkarang kepada Radio Elshinta justru lebih mengeluhkan pungli preman yang menyebar di segala penjuru!" tegas ibu. "Berarti, para petugas yang dituding pungli segera membersihkan lebih dulu para calo dan preman! Karena tanpa pungli preman, tekanan pungli terhadap awak bus tidak mencapai titik kritis hingga tidak mampu mereka pikul!"

"Jadi pungli oleh petugas akan bertahan?" sambut Putra. "Tapi untuk jadi petugas susah! Rajin belajar saja tidak cukup!"

"Maksud ibu, rajin belajar bukan untuk jadi tukang pungli juga!" entak ibu. "Kenapa kau tak berpikir jadi dokter, pilot atau..."

"Aku ingin jadi dokter? Pilot?" timpal Putra. "Teman sekelasku bisa tertawa seharian!"

"Kenapa kalian putus asa begitu?" kejar ibu.

"Bukan putus asa! Tapi paling realistis!" ujar Putra. "Coba hitung berapa pilot ada di kota kita? Tidak satu pun! Dokter, juga cuma sedikit! Kenapa begitu? Karena tidak mudah untuk jadi pilot atau dokter! Sedang untuk jadi tukang pungli, cukup memulainya dari tukang parkir gelap di daerah aman dulu!"

"Gawat! Obsesi kalian pungli dan pungli melulu!" entak ibu. "Pantas sukar membasmi pungli! Dari zaman Kopkamtib Sudomo bukannya kian habis, tapi malah merajalela karena regenerasinya alamiah!"

"Yang lebih menarik, untuk jadi tukang pungli itu tak ada sekolahannya!" timpal Putra. "Tapi mereka bisa melakukan pekerjaan itu dengan benar-benar profesional, hingga meskipun setiap penguasa dari waktu ke waktu berjanji dalam kampanye bakal menuntaskan pembasmian pungli, tidak satu pun penguasa yang tercatat dalam sejarah berhasil melakukannyai!"

"Kalau dalam cerita ketoprak, untuk tugas berat yang unik begitu raja membuat sayembara, siapa yang berhasil dikawinkan dengan putri raja atau diberi kekuasaan tertentu dalam kerajaannya!" sambut Putra.

"Sekarang juga secara tidak langsung ada sayembara!" tukas ibu. "Barang siapa mampu melakukan pungli terbaik dengan setoran terbesar, akan mendapat jabatan penting!"

"Pantas, pungli sukar dibasmi!" timpal Putra. ***

===========================
Pembaca budiman: Buras ini pernah dimuat dalam Lampung Post edisi Rabu, 25 Januari 2006. Artikel Buras terkini akan kami sajikan setelah kondisi kesehatan Bapak H. Bambang Eka Wijaya kembali pulih.
============================================================

0 komentar: