SEORANG seniman bermain kecapi di lobi hotel bintang sambil melantunkan syair bahasa daerah. Sebagai bagian dari layanan hotel, ia tak menarik perhatian tamu asing, bahkan turis domestik yang juga tak tahu makna syairnya! Meski begitu, ada seseorang berdasi menegurnya, agar tak melantunkan syair yang mengada-ada!
"Ada apa?" tanya Umar yang duduk di coffee shop lobi hotel, tak jauh dari tempat seniman bertugas.
"Dia tadi melantunkan ramalan!" jelas Amir.
"Ramalan Joyoboyo?" kejar Umar.
"Bukan!" jawab Amir. "Ramalan suram tentang dirinya sendiri di 2011. Ia seperti wong cilik umumnya, pada 2011 akan kian jauh ditinggalkan bapak-bapak pejabat dan wakil rakyat yang kian jauh saja jelajah pesawat jetnya ke luar negeri! Ia bersama wong cilik umumnya juga akan semakin terbirit-birit mengejar laju inflasi yang semakin cepat, sambil meloncat-loncat untuk menggapai kenaikan harga kebutuhan pokok yang serentak melambung hingga kian tak terjangkau!"
"Tapi syair ramalannya realistis!" potong Umar.
"Justru itu, ada yang tersinggung!" tegas Amir. "Nasib malang itu, dia lantunkan, akan bertambah buruk kian jauh 2011 berjalan, karena semua beban kenaikan harga BBM yang telah dipastikan pemerintah akhirnya menimpa masyarakat lapisan terbawah! Begitulah hukum alam, karena warga lapisan atas selalu punya kekuasaan melepaskan beban dari pundaknya ke warga lapisan di bawahnya!"
"Semua beban bertumpu menekan ke bawah itu bagian dari teori relativitas!" entak Umar.
"Tak pakai teori-teorian pun mudah dibuktikan!" timpal Amir. "Kotak kartun berisi agar-agar kemasan setengah gelas itu tak boleh ditimpa kartun sama lebih dari lima kotak! Kalau ditimpa lebih banyak, kotak terbawah penyok dan agar-agar di dalamnya hancur!"
"Maka itu, para penguasa di atas sono tepo seliro bertenggang rasalah, dengarkan lantunan syair pemain kecapi bersama wong cilik umumnya yang kewalahan menahan semua beban terlalu berat buatan para penguasa di atas!" seru Umar. "Semua beban dari lapisan atas itu bertumpu menekan lapisan terbawah yang tak berdaya!"
"Artinya, kaum penguasa di atas setiap membuat keputusan bukan cuma menghitung angka-angka keekonomiannya semata, tapi jangan lupa hitung beban sosial dan kemampuan rakyat memikul dampaknya!" tegas Amir. "Kasihan ibu-ibu lapisan terbawah bingung di pasar, harga kebutuhan pokok serentak naik drastis! Jangan tambah beban jauh lebih berat dari atas pada mereka hanya demi angka keekonomian!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Senin, 03 Januari 2011
Semua Beban Bertumpu Menekan Lapisan Terbawah!
Label:
hotel,
wong cilik
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar