"KAPAN sih mulai puasa Ramadan?" tanya nenek.
"Sekarang pertengahan Rajab, berarti sebulan setengah lagi!" jawab cucu. "Ada apa, Nek?"
"Ketiga putraku, paman-pamanmu, ngumpul di rumah!" jawab nenek. "Biasanya itu terjadi awal puasa Ramadan!"
"Kalau biasanya mereka berkumpul di tempat nenek tanda bahagia menyambut Ramadan, kali ini sebaliknya, mereka berkumpul memadu derita di ambang kebangkrutan negara!" jelas cucu. "Paman Temon pulang kena PHK massal di usaha penggemukan sapi tempatnya kerja! Paman Temu pulang karena tambak udang tempat dia menjadi plasma menghentikan kegiatan setelah rugi besar akibat usaha mereka diblokir hingga praktis tak bisa beroperasi! Paman Temin yang nelayan pulang, perahunya tak dapat solar! Ada dijual eceran, tapi harga solarnya tiga kali lipat!"
"Kok semua lapangan penghidupan mengalami kesulitan secara serentak begitu?" tanya nenek.
"Derita rakyat yang datang bertubi-tubi itulah di antara tanda-tanda negara menjurus bangkrut, sehingga para tokoh bangsa di luar pemerintahan, Kamis lalu berkumpul di kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jakarta, urun rembuk guna mencegah kebangkrutan negara!" tegas cucu. "Selain kesalahan pejabat pemerintahan dalam menangani perekonomian sehingga terjadi hal-hal yang menyebabkan penderitaaan rakyat jelata tadi, para tokoh bangsa itu mengkhawatirkan kebangkrutan negara terjadi akibat korupsi yang makin meluas dan merasuk ke kisaran pusat kekuasaan! Di tengah kondisi yang buruk itu, tak ada pula pemimpin yang punya karakter dan visi kuat untuk dijadikan teladan atau panutan!"
"Bagaimana ceritanya tiba-tiba negara kita berada di tubir jurang kebangkrutan?" keluh nenek. "Kan selama ini diberitakan televisi anggaran negara dan daerah terus naik, pemberantasan korupsi juga dijalankan dengan tegas!"
"Anggaran negara dan daerah yang terus naik itu cuma seperempatnya dialokasikan untuk rakyat, itu pun cuma sebagian yang benar-benar sampai ke rakyat!" tegas cucu.
"Sebagian lagi, akibat pemberantasan korupsi cuma bergelora dalam retorika, peningkatan dana anggaran menyelinap dalam jaringan kleptokrasi!"
"Pertanyaanku, kok tiba-tiba begini?" kejar nenek.
"Karena keburukan di lingkaran kekuasaan itu terungkapnya juga bertubi-tubi!" jawab cucu. "Itu membuka pandora, selama ini tertutupi oleh citra artifisial! Seolah negara baik-baik saja, ternyata digerogoti dan salah urus di segala sisi, hingga derita Temon, Temu, dan Temin berpadu!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Sabtu, 18 Juni 2011
Derita Rakyat di Negara Bangkrut!
Label:
merampok rakyat,
Rakyat
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar