Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Sukarelawan Kunjungi Dusun Siluman!


MASUK warung setelah keluar dari kunjungan ke Dusun Siluman, sukarelawan dikerubuti warga. "Kami kira kau tak keluar lagi dari Dusun Siluman itu, seperti banyak orang luar yang tak mau mendengar nasihat kami!" ujar pengojek.

"Aku juga mengira begitu!" sambut relawan. "Karena wanita di dusun itu cantik-cantik! Dari sepuluh wanita, sebelas yang jelita! Kulitnya putih berleher jenjang, saat minum limun berwarna merah terlihat limun mengalir di kerongkongannya!"

"Itu dia!" tukas pengojek. "Mengerikan sekali!"

"Bukan mengerikan! Tapi indah!" tegas sukarelawan. "Kalian dengan tetangga dusun berjarak tiga jam jalan kaki di balik pucuk bukit kok begitu asing?"

"Karena mereka siluman, jalan ke sana angker!" jelas pemilik warung. "Setiap orang yang sok jagoan pergi ke sana, tak pernah kembali!"

"Jelas mereka tak kembali, di sana makmur!" tegas sukarelawan. "Di dusun yang mereka beri nama Negeri Atas Angin itu jalannya hotmix tembus ke tol bandara! Dusun mereka justru menghadap kawasan lebih maju!"


"Dusun Siluman kalau dilihat dengan mata biasa memang tampak sempurna!" timpal pengojek. "Tapi kenyataannya, di Lampung mana ada jalan dusun yang hotmix tembus ke tol bandara!"

"Kalau untuk pergi ke sana saja kalian tak berani, susah membuktikan kenyataannya!" tegas sukarelawan. "Sebaliknya mereka kasihan pada kalian hingga enggan turun kemari, karena dalam lukisan mereka kalian manusia barbar! Kata mereka, kalau malam hari ada orang luar lewat desa motornya mogok atau ban kempis, tanpa ditanya identitasnya langsung diteriaki maling dan dibakar hidup-hidup!"

"Itu kata mereka tentang kami?" timpal warga.

"Apa gambaran mereka tentang kalian benar?" tanya sukarelawan. "Jika benar, berarti justru mereka benar mengasihani kenyataan kalian yang memang amat mengerikan itu! Sedang ketakutan kalian kepada mereka cuma takut pada khayalan, terutama tentang menakutkan mereka itu siluman, padahal mereka manusia juga yang bahkan lebih beradab!"

"Beradab bagaimana?" entak pengojek. "Mereka belokkan aliran air dari hulu ke embung dan sawah mereka, akibatnya saat kemarau kami tak dapat air karena sisa aliran air yang kecil masuk embung dan sawah mereka!"

"Itulah hebatnya warga balik pucuk bukit, mereka visioner! Hingga yang bagi kalian baru bayangan masa depan, bisa mereka wujudkan itu sebagai realitas kekinian yang nyata!" tegas sukarelawan. "Wujud ideal kehidupan yang makmur! Itu yang membuat saya terhenyak saat kembali ke realitas hidup kalian, ternyata masih seperti gambaran mereka tentang makhluk barbar—orang melintas desa malam hari dibakar hidup-hidup!" ***


1 komentar:

10 Juni 2011 pukul 10.14 Kang Martho mengatakan...

saya jumpai dusun siluman asli dan mencoba menulisnya di sini
http://kangmartho.com/?p=106