Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Tarif Truk Priok Dinaikkan 20%!


"RAPAT menteri dan lembaga terkait, Jumat (10-6), memutuskan truk tetap dilarang melintas tol lingkar dalam kota Jakarta mulai pukul 06.00 sampai 22.00. Sebulan ke depan aturan itu berlaku permanen dengan SK Menteri Perhubungan!" ujar Umar. "Organda setuju aturan itu dengan syarat tarif muatan truk menuju dan dari Pelabuhan Tanjung Priok dinaikkan 20%—sesuai tambahan jarak tempuh akibat larangan itu!"

"Tuntutan Organda itu disetujui?" potong Amir.

"Tuntutan itu disampaikan dalam rapat yang berakhir memutuskan kebijakan itu, tentu diakomodasi dalam SK Menteri Perhubungan!" jawab Umar. "Artinya, harga freight on board (FOB) semua komoditas ekspor kena tambahan ongkos transpor ke pelabuhan!"

"Itu dia, dalam persaingan global negara-negara lain mecari segala celah agar lebih efektif dan efisien guna meraih sen demi sen keunggulan bersaing produk ekspor! Sebaliknya kita, demi lebih nyaman dan nikmatnya para pengendara mobil pribadi di jalan tol dalam kota, pemerintah kita malah mengorbankan keunggulan komoditas ekspor dengan menambah tarif angkutnya 20%!" timpal Amir. "Celakanya, karena harga komoditas di pasar internasional standar, berarti tambahan biaya itu dipikul pihak produsen lokal—petani sampai pabrikan! Simpulnya, kebijakan itu menekan pertumbuhan ekonom!"


"Jadi, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi yang dicanangkan Presiden baru-baru ini cuma isapan jempol, karena yang nyata terbukti membuat keputusan justru bertentangan dengan semangat percepatan itu!" tegas Umar. "Percepatan pembangunan, jika dilihat pada kemajuan China dan India, diukur dengan tingkat pertumbuhan tinggi—China di atas 10% per tahun berturut satu dekade, India di atas 9%! Sedang Indonesia, satu dekade ini untuk tembus di atas 7% setahun saja berat!"

"Begitulah!" timpal Amir. "Jika tidak dari setiap dimensi keefektifan dan keefisienan disesuaikan dengan usaha percepatan dan perluasan pembangunan, usaha itu tak bisa berjalan semulus diharapkan! Konon pula kalau langkah demi langkah melawan arus, tak pakai sarana analisis canggih pun bisa ditebak bakal seperti apa!"

"Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi pada tingkat signifikan, seperti China dan India, tercapai berkat mengutamakan orientasi semua proses ekonomi pada sistem yang efektif dan efisien!" tegas Umar. "Jika keefektifan dan keefisienan dikesampingkan sedemikian rupa, seperti juga pada penghentian impor sapi bakalan asal Australia dan produksi udang eks Dipasena, bukan percepatan dan perluasan pembangunan, tapi malah stagnasi dan penyempitan yang terjadi!" ***


0 komentar: