Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Krisis Kejujuran Dunia Pendidikan!


"KASUS contek massal di SDN Gadel 2, Surabaya, berkembang menjadi krisis kejujuran di pendidikan nasional!" ujar Umar. "Kasus itu bermula dari Alif, murid SDN itu, yang gelisah diminta gurunya membagi contekan kepada teman-temannya saat UN, lalu menyampaikan itu kepada ibunya, Siami! Sang ibu mengajukan protes ke komite sekolah dan kepala sekolah, tapi tak digubris! Ia ke Dinas Pendidikan dan DPRD, yang ditindaklanjuti sehingga mendulang putusan wali kota mencopot kepala sekolah dan dua guru diturunkan pangkatnya!"

"Berarti masalahnya selesai, pemerintah telah menindak tegas pihak-pihak yang bertanggung jawab atas ketidakjujuran di UN itu!" timpal Amir. "Justru penyelesaian itu yang menyulut krisisnya melejit ke tingkat nasional!" tegas Umar. "Akibat putusan yang menyudutkan kepala sekolah dan dua guru SDN itu, warga kampung setempat yang merupakan orang tua murid SDN Godel 2 marah, mengusir Siami dan keluarga dari rumahnya di kampung itu karena telah merusak citra sekolah! Artinya, warga kampungnya menolak kejujuran yang diperjuangkan Siami, warga malah membela ketakjujuran yang dipraktekkan di sekolah itu!"


"Kalau begitu merebaknya di kampung, bukan nasional!" kilah Amir. "Nasib Siami dan keluarga yang terusir akibat usahanya menegakkan kejujuran itu yang menjadi perhatian pers nasional, sehingga menjadi diskusi nasional yang hangat tentang adanya krisis dengan semakin lemahnya nilai kejujuran di dunia pendidikan!" tegas Umar.

"Tajuk Kompas (16-6) melukiskan ketakjujuran di dunia pendidikan itu seperti penyakit sampar yang melanda bangsa! 'Jelmaan sampar untuk Indonesia berupa ketidakjujuran, kebohongan, haus kursi citra kinclong, praksis kekuasaan tak prorakyat, dan seterusnya,' tulis Kompas."

"Seriusnya pers menanggapi cemarnya kejujuran di sekolah amat wajar, karena selama ini sekolah merupakan benteng terakhir tempat kejujuran dipelihara!" timpal Amir. "Ketika benteng itu jebol, jelas bisa menjadi bencana nasional ke masa depan di mana tak ada lagi generasi yang andal untuk menegakkan kejujuran!"

"Bagaimana benteng itu tak jebol oleh banjir bandang ketidakjujuran yang menenggelamkan ruang publik dengan sampah proses dan retorika politik!" tegas Umar.

"Sekolah sebagai benteng kejujuran generasi muda itu tak bebas banjir limpahan ketakjujuran dari ruang publik! Bukan salah sekolah, tapi banjir bandang ketidakjujuran dari ruang publik itu yang tak terbendung labrakannya!" ***


0 komentar: