Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Permisif, yang Menyeleweng Malah Dipuji!


"DALAM kleptokrasi, negara yang dipimpin para pencuri, seorang pejabat pemerintah yang pintar menyeleweng, merampok uang negara dan uang rakyat sebanyak apa pun tak tersentuh hukum, kariernya cepat menanjak!" ujar Umar.

"Posisinya bisa melesat ke level tinggi karena keahliannya maling anggaran tanpa terjerat hukum itu diperlukan bagi kepentingan sang pemimpin! Pada tahap ini, ia mendapat kepuasan ekstra, sering dipuji bos selain tetap dapat bagian untuk dirinya sambil melaksanakan tugasnya buat bos!"


"Ada pejabat yang bertugas untuk itu amat pintar, sehingga bukan cuma uang yang disisihkan buat dirinya jumlahnya bisa lebih besar dari yang untuk bos, juga lebih populer di lingkungan kantornya karena ia pintar memainkan peran ‘Robin Hood’—semua pegawai dapat cipratan!" sambut Umar. "Dengan pintarnya ia bermain ‘Robin Hood’, baik di lingkungan kerja maupun kediamannya, warga di sekelilingnya pun perlahan jadi permisif, tidak lagi menentang dan mengecam perbuatan melanggar moral itu! Sebaliknya, dengan kemurahan hatinya itu ia dipuji warga sebagai dermawan!"

"Semakin banyak pejabat yang pintar cari duit buat bos di jalur tugas masing-masing, semakin tandas penggerogotan dana anggaran hingga kehidupan rakyat semakin sulit dan menderita, arti kemurahan hati para pejabat ‘Robin Hood’ juga menjadi signifikan dalam mengurangi kepedihan derita rakyat!" tegas Umar.

"Lebih jauh lagi, aksi penyelewengan pun menjadi jalur distribusi uang negara kepada rakyat lewat mekanisme foya-foya dan kemurahan hati para pejabat!"
"Tak cuma sebatas itu!" timpal Amir. "Mekanisme foya-foya dan kedermawanan pejabat itu sebagai jalur distribusi ekonomi kleptokrasi berkembang menjadi pola hubungan patron-client, hubungan bapak/pemimpin dan pengikut, tepatnya menjadi investasi dukungan politik! Kapan saja si bapak/pemimpin mencalonkan diri jadi kepala daerah, para penerima pandum dari kedermawanannya selama ini jadi pendukung utama!"

"Celakanya, karena dukungan kepada semua calon terbentuk oleh pola hubungan 'Robin Hood' itu—meski ada yang dibagi-bagi duluan dari utangan untuk ditutupi kalau menang pemilihan kelak—tak terelakkan penyelewengan dalam pengelolaan anggaran di semua lininya pun menjadi tradisi!" tegas Umar.

"Di sisi lain, orang-orang jujur dan punya integritas yang tak ikut menyeleweng, dipandang sebagai orang bodoh! Mumpung ada kesempatan tak dimanfaatkan! Warga permisif, para pemakai aji mumpung dianggap sukses dan dipuji!"

0 komentar: