Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

'Safety Player'!

"KAPTEN tim nasional sepak bola kita mainnya kok mengoper bola ke kiper melulu?" ujar Umar geram menyaksikan permainan tim kebanggaannya yang kalah terus di gelanggang internasional.

"Itu yang disebut safety player! Asal aman dulu!" jawab Amir. "Soalnya, dioper ke depan juga lebih sering bolanya direbut lawan! Lagi pula, tim kita tak punya goal-getter andal untuk menyelesaikan serangan dengan berbuah gol! Sebaliknya, kita sering kecolongan serangan balik dengan gerak cepat dari lawan, hingga gawang kita kebobolan terus! Dari kecolongan Australia menghentikan ekspor sapi bakalannya, tahu-tahu TKW Ruyati dihukum pancung di Arab Saudi, malah kebobolan oleh gocekan bola pemain sendiri sehingga konsumen Lampung harus antre BBM di SPBU!"

"Kalau tim nasional kita seperti halnya kabinet tak punya goal-getter—andalan pencetak gol—sukar diharap bisa mencetak gol dan memenangkan pertaandingan?" tukas Umar.

"Apalagi kaptennya safety player, mengirim bola ke gawang sendiri terus, rawan bola dipotong lawan dan kebobolan! Gawang tujuan untuk mencetak gol jauh pula!"

"Jangankan gawang kita tidak terus-terusan kebobolan sedemikian rupa dari waktu ke waktu! Gaya safety player dengan possession football—hanya oper-operan bola di antara pemain sendiri tanpa mampu menembus pertahanan lawan untuk mencetak gol—oleh Wakil Ketua DPD Laode Ida disebut sebagai konspirasi saling meloloskan dan melindungi kepentingan sesama kalangan elite, hingga gagal mencetak gol mengentaskan kemiskinan!" timpal Amir. "Sebaliknya, sudah pun gol (tujuan) itu tak tercapai, di barisan belakang kebobolan pula! Lebih celaka lagi, ketika kapten berdiri paling depan menghunus pedang untuk memerangi korupsi, di belakangnya kader partai sendiri malah terjerat kasus korupsi! Tragis nian, kebobolan gol bunuh diri!"

"Berarti pola permainan tim nasional kabinet kita itu harus dirombak!" tegas Umar.

"Kapten dari gaya permainannya yang defensif total harus diubah menjadi inisiator 'sepak bola menyerang', dengan mengoordinasi serangan untuk mencetak gol! Lalu, pemain depan didorong untuk berani menjadi goal-getter eksekutor, mirip tim trouble shootter ujung tombak Orde Baru—sang trisula—Ali Murtopo, Benny Murdani, dan Harmoko! Segala masalah dijamin bisa mereka bereskan!"

"Tepatnya, bukan sebatas possession football lagi, oper-operan wacana dengan beretorika belaka tanpa eksekutor yang mencetak gol!" timpal Amir. "Tapi, wacana diimbangi eksekusi! Tak lagi seperti sekarang ini, kaya wacana miskin eksekusi!" ***

0 komentar: