Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Beban Rakyat!

SEORANG istri curiga, suaminya main golf rutin Sabtu sore biasa pulang magrib, sampai lewat pukul 20.00 belum pulang. Ia telepon ke klub, dijawab lapangan sudah kosong.Di puncak kegelisahan, mobil suaminya masuk garasi. Ia bergegas untuk mendamprat, tapi begitu keluar mobil suaminya mendahului. "Harry, kena serangan jantung di hole tiga! ujar suami menyebut teman mainnya. "Kalau baru di hole tiga berarti masih siang!" sambut istri."Dengan mengantarnya ke rumah sakit, kau bisa pulang sebelum magrib!" "Enak saja!" entak suami. "Sejak remaja kita dididik, apa pun yang terjadi harus menyelesaikan yang sudah diniatkan: the show must go on! Jadi aku harus menyelesaikan permainanku! Memukul, menggotong Harry! Memukul lagi, menggotongnya lagi! Sampai selesai, baru ke rumah sakit!" "Jadi kau gotong orang sekarat sepanjang permainan?" timpal istri."Kan sudah kukatakan, the show must go on!" tegas suami. 

"Seperti juga pemerintah, bukannya cepat-cepat menyelesaikan semua beban warisan penguasa lama, tapi malah berlarut-larut mengalihkan beban berat itu ke pundak rakyat! Hampir seratus triliun setahun APBN yang ditarik dari uang rakyat hanya untuk membayar utang dalam dan luar negeri, sedang subsidi BBM dan listrik ditekan dan lagi-lagi, menambah beban ke pundak rakyat!" "Maksudmu seperti Argentina, mengesampingkan sementara semua beban penguasa lama demi mendahulukan kepentingan rakyat?" timpal istri. "Kenapa tidak?" tukas suami. "Tanggung jawab pada beban warisan penguasa lama oke, komitmen untuk itu tetap, tapi minta waktu sejenak untuk menyelamatkan kehidupan rakyat dulu!" "Untuk kita, kemungkinannya bagaimana?" tanya istri. "Tergantung political will sejak awal!" jawab suami. "Misalnya, semua harta sitaan BPPN yang Rp500 triliun lebih itu diserahkan saja ke IMF sebagai pelunasan utang luar negeri! 

Bagaimana IMF mencairkan harta itu, urusan mereka! Kemudian dana rekapitalisasi perbankan Rp600 triliun lebih, yang bunganya membebani APBN lebih Rp50 triliun setahun itu, cepat-cepat didivestasi dengan menjual saham pemerintah kepada swasta mana saja! Pemilik lama mau beli sahamnya kembali silakan, yang penting beban APBN yang harus dipikul rakyat tumpas!" "Tapi, kalau menempuh cara itu, pemerintah jadi tak ada kerjaan lagi!" timpal istri. "Prinsip the show must go on! Tak jalan!" "Kenapa jadi tak ada kerjaan?" entak suami. "Justru dengan lepas dari beban warisan penguasa lama itu, pemerintah bisa memfokuskan usaha meringankan segala bentuk beban dari pundak rakyat! Jadi bukan malah sebaliknya, segala beban alternatifnya cuma pundak rakyat!" "Jadi rakyat yang sekarat, harus memanggulnya dari hole ke hole sepanjang permainan!" timpal istri. *** 

===================================
Pembaca, Buras ini pernah dimuat 7 Januari 2002.
Dimuat kembali karena penulis H. Bambang Eka Wijaya berhalangan sakit.
===================================

0 komentar: