"KEPASTIAN menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak) bersubsidi sebesar 33% dari Rp4.500/liter jadi Rp6.000/liter merupakan kebijakan yang by design (secara terancang) dan dengan sengaja mendestruksi perekonomian rakyat!" ujar Umar.
"Kenapa kau nilai begitu?" potong Amir.
"Karena kebijakan itu tidak dikaji komprehensif akibatnya terhadap perekonomian seluruh rakyat! Tapi hanya dikaji terkait 30% rakyat penerima kompensasi BLT atau BLSM (74 juta jiwa) serta 20% elite dan kelas menengah (48 juta jiwa) yang tak terpengaruh kebijakan tersebut!" tegas Umar. "Sedang dampaknya pada 50% warga (120 juta jiwa) buruh, tani, nelayan, guru honorer, dan pekerja kelas bawah berpenghasilan rendah yang tak dapat kompensasi tapi terdestruksi fatal oleh kebijakan itu, justru sama sekali tak dikaji!"
"Itu karena negara kita sudah dicengkeram terlalu kuat oleh politisi sehingga orientasinya hanya bagaimana memenangkan pemilu mendatang!" timpal Amir. "Hal itu terlihat dengan dipakainya kacamata kuda oleh penguasa dalam memproses kebijakan tersebut dengan tekanannya berfokus dan ngotot pada kompensasi terhadap 74 juta warga miskin, yang dengan dana BLT yang dibagi oleh penguasa bisa diharap dalam pemilu nanti mereka berikan suara pada partai berkuasa!"
"Kacamata kuda pada penaikan harga BBM dan kompensasi BLT itu membuat partai-partai koalisi berkuasa juga tak melihat berbagai peluang lain dalam APBN untuk mengatasi masalah tanpa memaksakan kebijakan yang membebani rakyat hingga mendestruksi ekonominya!" tegas Umar.
"Peluang dari rasionalisasi belanja pejabat dan aneka program kurang penting, lalu memacu peningkatan produksi minyak yang dalam periode penguasa kini posisi negeri kita dari eksportir BBM berubah jadi net importir BBM! Peluang-peluang itu tak pernah mendapat kajian dan usaha merealisasikannya sehingga bisanya setiap kali cuma memilih kebijakan yang memberatkan rakyat dan negerinya semakin dalam terbenam sebagai pengimpor minyak!"
"Memang, tak pernah terdengar gagasan kubu penguasa untuk membuat negeri ini kembali jadi pengekspor minyak!" timpal Amir. "Itu sejalan dengan tak terpikirnya menciptakan kemandirian dalam pertambangan! Malah tambang rakyat digilas demi prioritas buat pertambangan asing!" "Itu dia!" tegas Umar. "Sudah pun usaha rakyat digilas, ekonomi rakyat berpenghasilan rendah dirusak dengan beban berat tak terpikul yang ditimpakan secara terancang dan sengaja! Malang nian nasib rakyat!" ***
"Memang, tak pernah terdengar gagasan kubu penguasa untuk membuat negeri ini kembali jadi pengekspor minyak!" timpal Amir. "Itu sejalan dengan tak terpikirnya menciptakan kemandirian dalam pertambangan! Malah tambang rakyat digilas demi prioritas buat pertambangan asing!" "Itu dia!" tegas Umar. "Sudah pun usaha rakyat digilas, ekonomi rakyat berpenghasilan rendah dirusak dengan beban berat tak terpikul yang ditimpakan secara terancang dan sengaja! Malang nian nasib rakyat!" ***
0 komentar:
Posting Komentar