"TPT—tingkat pengangguran terbuka—usia 15—29 tahun di Indonesia mencapai 19,9%, tertinggi di kawasan Asia-Pasifik!" ujar Umar. "Direktur Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja Bappenas Rahma Iryanti mengungkap dalam diskusi (27-3). Itu disusul Sri Lanka 19%, Filipina 17,9%, dan Selandia Baru 16,2%. Kata Rahma, angka absolut TPT 19,9% itu 5,3 juta orang!" (Lampost, 28-3)
"Menurut Rahma, penganggur kelompok usia itu berpendidikan SMA, diploma, dan sarjana di area perkotaan!" sambut Amir. "Mereka menganggur akibat mendamba pekerjaan formal, memberikan perlindungan, jaminan sosial, dan kesejahteraan! Sedang di sektor informal terutama di area perdesaan yang mau cawe-cawe dua jam dalam seminggu, lolos keluar dari kelompok TPT."
"Kalau TPT usia 15—29 sebesar 19,9% atau 5,3 juta orang itu dihitung dari jumlah pengangguran terbuka semua kelompok usia, berarti jumlah pengangguran terbuka dari semua kelompok usia lima kali lipat dari 5,3 juta atau 26,5 juta orang!" tegas Umar. "Dengan jumlah angkatan kerja nasional 2011 sebesar 118 juta dari 240 juta penduduk 2011, dengan pengangguran terbuka semua kelompok usia 26,5 juta itu berarti TPT Indonesia sebenarnya di kisaran 20%. Angka itu lebih dekat dengan realitas di masyarakat, andai kriteria penganggur tidak dikerdilkan dengan hitungan lolos jika bekerja dua jam seminggu!"
"Proyeksi realitas TPT dari bocoran data Bappenas itu penting karena besarnya jumlah penganggur yang sebenarnya ada di masyarakat signifikan menekan harga tenaga kerja bahkan martabat pekerja!" timpal Amir. "Salah hitung realitas TPT hingga tingkat penganggur nasional dalam angka resmi pemerintah pada 2010 hanya 7,41% atau 8,592 juta orang, juga tecermin pada angka resmi jumlah warga miskin 30 juta orang, tapi warga miskin penerima BLT 74 juta orang!
Berarti, pengerdilan angka warga miskin dan penganggur bisa membuat kebijakan anggaran meleset dari sasaran, karena bisa anggaran selalu disiapkan untuk 30 juta warga miskin dan 8,5 juta penganggur, tapi di lapangan sebenarnya dipakai 74 juta warga miskin dan 26,5 juta penganggur!" "Melesetnya anggaran dari sasaran itu terbukti, dengan APBN Rp86 triliun pada 2011 hanya mengentaskan 132 ribu warga dari bawah garis kemiskinan!" tukas Umar. "Mudah dipahami jika hal itu terjadi, sebab anggaran buat 30 juta warga miskin di lapangan dipakai 74 juta orang! Belum lagi kata Bank Dunia ada penyimpangan 30% pada setiap proyek! Semua itu membuat masuk akal, TPT Indonesia tertinggi di Asia-Pasifik!" ***
Berarti, pengerdilan angka warga miskin dan penganggur bisa membuat kebijakan anggaran meleset dari sasaran, karena bisa anggaran selalu disiapkan untuk 30 juta warga miskin dan 8,5 juta penganggur, tapi di lapangan sebenarnya dipakai 74 juta warga miskin dan 26,5 juta penganggur!" "Melesetnya anggaran dari sasaran itu terbukti, dengan APBN Rp86 triliun pada 2011 hanya mengentaskan 132 ribu warga dari bawah garis kemiskinan!" tukas Umar. "Mudah dipahami jika hal itu terjadi, sebab anggaran buat 30 juta warga miskin di lapangan dipakai 74 juta orang! Belum lagi kata Bank Dunia ada penyimpangan 30% pada setiap proyek! Semua itu membuat masuk akal, TPT Indonesia tertinggi di Asia-Pasifik!" ***
0 komentar:
Posting Komentar