"NARASUMBER MetroTV (24-3; 17.15) wartawan senior Budiarto Shambazy dan Dedy Gumelar (Mi'ing) sekilas menyebutkan dana BBM di APBN sebenarnya surplus—bukan defisit hingga harus menaikkan harga BBM buat menutupinya!" ujar Umar.
"Karena itu, diperkuat aksi penolakan mahasiswa, buruh, LSM, dan ormas yang semakin masif dan pembahasan DPR terganjal penolakan empat fraksi—PDIP, Gerindra, Hanura, dan PKS—Budiarto menebak kebijakan menaikkan harga BBM 1 April bisa ditunda! Soal dana BBM di APBN surplus itu sebenarnya bagaimana?"
"Itu cuma isu di jaringan seluler BlackBerry Messenger (BBM), yang menyebutkan pemerintah menyembunyikan fakta sebenarnya ada surplus dana penjualan minyak pemerintah ke Pertamina dipotong subsidi sebesar Rp97,95 triliun!" jawab Amir.
"Isu itu dikemas seolah perincian angka-angka pengeluaran dan penerimaan Pertamina serta pembayarannya ke pemerintah ada surplusnya sebanyak itu merupakan hasil penghitungan dari Kwik Kian Gie dan Anggito Abimanyu!"
"Dengan isu itu tersebar di kalangan aktivis dan politisi, pengaruhnya cukup kuat menghadang rencana kebijakan menaikkan harga BBM, sehingga jadi lebih alot dari sebelumnya!" tegas Umar.
"Isu itu menjadi semakin dipercaya kebenarannya setelah sekian hari tak ada bantahan dari Kwik maupun Anggito bahwa itu bukan perhitungan mereka, juga tak ada bantahan dari pemerintah bahwa surplus dimaksud tidak benar!"
"Tapi, kalau dilihat PKS saja sampai membelot dari garis koalisi dengan ikut menolak kenaikan harga BBM, terlepas dari alasan formal penaikan harga BBM bisa berakibat 25% rakyat jatuh miskin, isu BBM seluler tersebut bisa membantu posisi tawar PKS di jalur pembelotannya!" timpal Amir.
"Lain dengan tiga fraksi oposan, PDIP, Gerindra, dan Hanura, meski itu cuma isu bisa menjadi kartu liar (wild card) justru saat sebagai truf tertutup!" "Lebih seru isu itu sampai ke massa demonstran, bisa menjadi energi ekstra!" tegas Umar. "Lebih-lebih kalau penguasa menganggap enteng arti protes mereka, energi ekstra itu dalam porsi yang konstitusional pun bisa mendiskredit penguasa! Semisal, dengan energi ekstra itu ratusan ribu massa bertahan berhari-hari di DPR seperti Mei 1998!" "Apa pun yang terjadi di luar parlemen, dengan perhitungan menang voting di DPR pemerintah akan tetap pada kebijakan penaikan harga BBM!" timpal Amir. "Jangankan cuma isu, jeritan derita rakyat yang disampaikan lewat kemurnian jiwa mahasiswa pun tak ada artinya bagi pemerintah!" ***
"Lain dengan tiga fraksi oposan, PDIP, Gerindra, dan Hanura, meski itu cuma isu bisa menjadi kartu liar (wild card) justru saat sebagai truf tertutup!" "Lebih seru isu itu sampai ke massa demonstran, bisa menjadi energi ekstra!" tegas Umar. "Lebih-lebih kalau penguasa menganggap enteng arti protes mereka, energi ekstra itu dalam porsi yang konstitusional pun bisa mendiskredit penguasa! Semisal, dengan energi ekstra itu ratusan ribu massa bertahan berhari-hari di DPR seperti Mei 1998!" "Apa pun yang terjadi di luar parlemen, dengan perhitungan menang voting di DPR pemerintah akan tetap pada kebijakan penaikan harga BBM!" timpal Amir. "Jangankan cuma isu, jeritan derita rakyat yang disampaikan lewat kemurnian jiwa mahasiswa pun tak ada artinya bagi pemerintah!" ***
0 komentar:
Posting Komentar