"ADANYA pengetatan biaya operasional sekolah (BOS), terutama untuk membayar honor guru dibatasi maksimum 20%, mengakibatkan nasib guru honorer yang menderita berlarut jadi kian jontor!" ujar Umar. "Menurut harian Kompas (5-3) honor mereka dari sebelumnya Rp50 ribu—Rp500 ribu, turun jadi Rp50 ribu—Rp250 ribu! Jumlah guru honorer di sekolah negeri dan swasta yang tercatat saat ini 904.378 guru, dari jumlah itu 831.631 guru honorer yang diangkat sekolah!"
"Dalam catatan jumlah guru yang terhimpun dalam www.wijayalabs.com, 831.631 guru itu masuk kriteria guru tidak tetap, dari jumlah guru yang terdata di Indonesia sebanyak 2.928.322!," timpal Umar. "Lucunya, justru jumlah guru honorer di sekolah negeri tak bisa dipastikan dari sembilan status guru di Indonesia! Yakni, 1. Guru PNS Kemendikbud 1.549.211; 2. Guru PNS Kemenag 24.406; 3. Guru PNS diperbantukan 133.326; 4. Guru bantu 15.584; 5. Guru honorer daerah 57.631; 6. Guru tidak tetap 831.163. 7. Guru tetap yayasan 314.355; 8. Guru honor di sekolah negeri; 9. Guru SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal) sebanyak 2.646."
"Dari situ terlihat apa yang dilukiskan Kompas sebagai persoalan guru yang semrawut, padahal negara kita sudah 66 tahun merdeka!" tegas Umar. "Terjadi segala macam karut-marut di dalamnya, termasuk guru honorer yang sudah mengajar lebih 20 tahun tetap berstatus honorer kalau tidak banyak uang untuk meningkatkan statusnya menjadi guru PNS, lain hal yang mau keluar uang banyak meski masa tugasnya belum lama! Belum lagi keluarga pejabat yang tak kompeten pun ditempatkan jadi guru!"
"Segala macam masalah serbaruwet yang diangkat menjadikan realitas pendidikan miris!" timpal Umar. "Masalahnya, apakah tidak ada satu orang saja di antara 240 juta penduduk Indonesia, dari pimpinan nasional sampai tokoh daerah yang mampu menyiapkan solusi mengatasi masalah pendidikan nasional yang semrawut ini?"
"Mencari satu orang yang memenuhi kualifikasi untuk itu pasti lebih sulit dari mencari 11 pemain sepak bola yang mampu membanggakan bangsa di level dunia! Mungkin karena dalam pendidikan sendiri sukar dicari tokoh mumpuni yang tulus!" tegas Umar. "Banyak yang tulus tapi kapasitas ketokohan dan posisinya tak mumpuni, sedang yang kapasitas dan posisinya mumpuni tak tulus, terbelit segala macam pamrih! Sukar di negeri kita mencari tokoh seperti Kaisar Jepang—kapasitas dan ketulusannya mumpuni buat menjamin, meski kalah perang guru tidak dibiarkan jontor!" ***
"Mencari satu orang yang memenuhi kualifikasi untuk itu pasti lebih sulit dari mencari 11 pemain sepak bola yang mampu membanggakan bangsa di level dunia! Mungkin karena dalam pendidikan sendiri sukar dicari tokoh mumpuni yang tulus!" tegas Umar. "Banyak yang tulus tapi kapasitas ketokohan dan posisinya tak mumpuni, sedang yang kapasitas dan posisinya mumpuni tak tulus, terbelit segala macam pamrih! Sukar di negeri kita mencari tokoh seperti Kaisar Jepang—kapasitas dan ketulusannya mumpuni buat menjamin, meski kalah perang guru tidak dibiarkan jontor!" ***
0 komentar:
Posting Komentar