Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kasus Kawula Alit Sulut Konflik Elit(e)

"USAI rapat di kantor Menko Polhukam, Jakarta, yang menugasi Pemprov Lampung mengambil alih penyelesaian konflik Mesuji, Gubernur Sjachroedin Z.P. langsung memerintahkan proses hukum atas para penggerak konflik!" ujar Umar. "Tak cukup di situ, ia menuding Abdurrachman Sarbini (Mance), bupati Tulangbawang, berada di balik tokoh penggeraknya! Tudingan itu dibantah Mance!" "Berarti, kasus penggerakan kawula alit (jelata) yang menghebohkan Republik itu menyulut konflik elite!" timpal Amir. "Asal bukan sebaliknya, justru konflik di kalangan elite tingkat provinsi yang menyulut kasus kawula alit, konflik Mesuji!" "Jangan dibolak-balik karena jika benar kasus Mesuji telah menyulut konflik elite, penyelesaian masalahnya malah lebih bisa diharapkan!" tegas Umar. "Soalnya, elite Lampung itu punya fi'il (rasa harga diri) yang amat tinggi! Ketika seorang elite dengan rasa harga diri tinggi dituding berbuat negatif, ia akan buktikan dirinya tak mungkin berbuat serendah yang ditudingkan, sekaligus menunjukkan mampu berbuat jauh lebih baik!"

"Maksudmu, dalam hal ini bisa saja Mance menemui Sjachroedin, menerima kewajiban dan tanggung jawab untuk menyelesaikan konflik Mesuji yang diterima Pemprov dari rapat di kantor Menko Polhukam?" kejar Amir. "Itu pilihan ideal sikap bertanggung jawab untuk membuktikan dirinya bukan sekelas provokator seperti ditudingkan!" tegas Umar. "Apalagi Mance memang mampu membuktikan tanggung jawab sedemikian, seperti telah dia buat selama Mesuji dalam wilayah Kabupaten Tulangbawang, konflik seserius sekarang tak pernah terjadi!" "Artinya, konflik gawat itu terjadi akibat setelah keluar dari Kabupaten Tulangbawang, Mesuji jadi daerah tak bertuan!" tukas Amir. 

"Tapi apakah Sjachroedin yang menerima dari pusat tanggung jawab untuk menyelesaikan konflik Mesuji itu mau menyerahkan atau mendelegasikannya pada Mance, lain soal! Tapi kau benar, konsistensi pada sikap fi'il di kalangan elite Lampung bisa menjadi dasar penyelesaian konflik secara simultan atas berbagai dimensinya!" "Tepatnya, konflik ini betapa kompleks dan ruwet sekalipun, akan selalu bisa diselesaikan ketika semua pihak kembali ke tampuk budaya, sebagai pakem yang dijunjung bersama!" tegas Umar. "Tentu semua itu tergantung keyakinan kalangan elitenya pada kemampuan budaya sebagai solusi yang luhur! Tanpa kecuali, ketika harus jalan seiring dengan proses hukum yang dijadikan pintu masuk penyelesaian konflik!" ***

0 komentar: