"KOMPENSASI yang harus diprioritaskan kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah memperbesar kapasitas ruang penjara!" ujar umar. "Itu karena kompensasi semacam BLT tak mampu sepenuhnya menahan kerasnya dorongan terhadap kelompok termiskin untuk masuk arus rentan kriminalitas dari kelas copet, jambret, sampai kelas begal dan curas!"
"Hal itu menyebabkan setiap kebijakan yang jelas-jelas menambah berat beban ekonomi warga lapisan bawah langsung menjadi kunci pembuka bagi penghuni baru rumah-rumah tahanan dan kemudian lembaga pemasyarakatan (LP) alias penjara!" timpal Amir.
"Padahal, menurut Patrialis Akbar ketika menjabat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, nyaris semua LP di Indonesia overcapacity, jauh dari kewajaran! Penjara-penjara berkapasitas di bawah 1.000 diisi lebih 2.000 terpidana!"
"
"Karena itu, saat harga BBM naik dan diikuti lonjakan angka kriminalitas yang mengirim sampahnya ke penjara, penjara dapat tambahan tekanan 'kelebihan muatan'!" tegas Umar. "Narapidana seantero negeri mendapat bonus penderitaan ekstra akibat kenaikan harga BBM! Mereka semakin berjubel di ruang yang terasa semakin sempit, banyak ruangan penghuninya harus bergantian tidur. Sebab, kalau semua berbaring bersamaan, ruangannya tak muat!
"Tapi itu saja belum cukup! Saat kriminalitas meningkat, korbannya juga bertambah!" timpal Amir. "Artinya, sekali sabet kebijakan menaikkan harga BBM, muncrat secara simultan banyak akibat langsung dan tidak langsung, semuanya menambah dalam penderitaan rakyat secara multikompleks!
Sedang dari masa ke masa, setiap penguasa menaikkan harga BBM yang diberi kompensasi cuma dampak ekonomisnya, itu pun jauh memadai dari kekurangan sebenarnya akibat kebijakan itu, hingga dampaknya ke bidang-bidang lain yang semakin jauh dari kemampuan rakyat untuk memikulnya tak dapat penanganan memadai! Tak bisa dihindari, kondisi kehidupan rakyat yang tak lebih membaik akibat kelelahan jadi eksperimen politik itu (Kompas, 15-3) memperbesar arus ke lorong kriminal!" "Itu akibat penguasa, terutama politisi, setiap kali membuat kebijakan menggunakan kacamata kuda, hanya melihat dampaknya ke depan, tanpa memikirkan dampak sampingnya yang justru lebih beraneka dan kompleks!" tegas Umar. "Akibatnya, dampak ke depan kebijakannya saja tak teratasi sepenuhnya, ditambah dampak samping yang tak tersentuh, kondisi rakyat terus semakin teruk! Dan itulah sukses politisi menyengsarakan rakyat yang dijadikan eksperimen!" ***
Sedang dari masa ke masa, setiap penguasa menaikkan harga BBM yang diberi kompensasi cuma dampak ekonomisnya, itu pun jauh memadai dari kekurangan sebenarnya akibat kebijakan itu, hingga dampaknya ke bidang-bidang lain yang semakin jauh dari kemampuan rakyat untuk memikulnya tak dapat penanganan memadai! Tak bisa dihindari, kondisi kehidupan rakyat yang tak lebih membaik akibat kelelahan jadi eksperimen politik itu (Kompas, 15-3) memperbesar arus ke lorong kriminal!" "Itu akibat penguasa, terutama politisi, setiap kali membuat kebijakan menggunakan kacamata kuda, hanya melihat dampaknya ke depan, tanpa memikirkan dampak sampingnya yang justru lebih beraneka dan kompleks!" tegas Umar. "Akibatnya, dampak ke depan kebijakannya saja tak teratasi sepenuhnya, ditambah dampak samping yang tak tersentuh, kondisi rakyat terus semakin teruk! Dan itulah sukses politisi menyengsarakan rakyat yang dijadikan eksperimen!" ***
0 komentar:
Posting Komentar